Mengenal Gaya Hidup Frugal dan Cara Menerapkannya
Jumat, 12 Maret 2021 -
GAYA hidup frugal merupakan gaya hidu pyang identik dengan hemat, minimalis serta cermat dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini tidak ada pengeluaran berlebihan atau sisa-sia, khususnya saat masa pandemi COVID-19.
Saat pandemiu melanda dunia, banyak hal yang berubah drastis. Banyak orang terpaksa harus berhemat dan memiliki dana darurat, untuk pengaman hidup.
Baca Juga:
Liza Natalia, Eksis Berkontribusi Gaungkan Gaya Hidup Sehat Lewat Zumba
Karena, hidup di saat pandemi relatif dekat dengan sejumlah risiko, dari mulai kehilangan penghasilan atau terpapar Virus COVID-19.

Mengenai gaya hidup frugal, Ivan Christian Winatha selaku Branding and Communication Strategist by Sequis, menerapkan gaya hidup frugal yakni memprioritaskan pengeluaran yang penting versus yang tidak penting, namun bukan berarti kamu bersikap pelit.
"Gaya hidup frugal mengutamakan nilai suatu barang atau kualitasnya ketimbang harganya," ujar Ivan, seperti yang dikutip dari laman Antara.
Contohnya, bila kamu membeli sepatu baru karena sepatumu sudah rusak, maka akan memilih sepatu dari bahan yang tahan lama untuk jangka panjang, meski harganya sedikit lebih mahal. Bukan memilih sepatu yang murah tapi hanya bertahan beberapa bulan.
Menurut Ivan, dengan disiplin menerapkan gaya hidup frugal sejak dini, kamu akan terbiasa melakukan prioritas ketika akan berbelanja hal-hal yang kamu anggap penting, dengan tetap melakukan pertimbangan.
Baca Juga:
Karena dampak panjangnya, kamu akan lebih mudah meraih kebebasan finansial, lantaran tidak terlilit hutang dan bisa menikmati hidup, seandainya memilih untuk pensiun dini.
Untuk cara memulai gaya hidup frugal, langkah pertama yakni mengevaluasi kembali cash flow. Sebaiknya anggaran yang hanya memberi kesenangan sesaat dan tidak terlalu mendesak, coret dari daftar kamu.
Langkah tersebut berarti menghilangkan atau mengurutkan pengeluaran, dari yang paling dibutuhkan ke pengeluaran yang masih bisa ditunda. Kurangi pengeluaran yang tak diperlukan, agar bisa meningkatkan jumlah uang yang bisa ditabung.
Kemudian, catat pengeluaran harianmu agar mudah untuk melakukan evaluasi pada bulan berikutnya, ketika pendapatan atau gaji berikutnya diterima.
Langkah selanjutnya yakni memanfaatkan promo dan diskon hanya untuk barang yang sangat dibutuhkan. Karena bisa menghemat pengeluaranmu dan ada sisa uang yang bisa kamu simpan atau tabung.

Kemudian, langkah berikutnya yakni hilangkanlah keinginan untuk mendapat pengakuan sosial dari lingkungan atau 'pansos', karena itu bukan kebutuhan, melainkan keinginan atau gengsi.
Akibat dari mengedepankan keinginan atau gengsi, kamu bisa saja terbesit hasrat membeli barang-barang yang dianggap penting meski sebetulnya tidak penting.
Seperti halnya mengganti gadget berbasis Android menjadi iOS, hanya untuk ikutan aplikasi kekinian. Padahal, informasi bisa didapat dari berbagai sumber, seperti portal berita, podcast, webinar, YouTube dan sebagainya.
"Ketika kita menganggap ekspektasi orang lain atas diri kita terlalu penting sampai membeli barang yang sangat mahal tentunya akan berbahaya bagi kesehatan finansial, kesehatan fisik, dan jiwa," ujar Ivan.
Ivan menambahkan, bahwa milenial perlu bijaksana untuk mengetahui perbedaan kebutuhan serta keinginan, serta memilah mana yang harus segera dipenuhi, dan mana yang masih bisa ditunda atau dihilangkan. Bagi Ivan, penuhi saja apa yang kamu butuhkan, bukan apa yang orang lain nilai. (Ryn)
Baca Juga: