Pembajakan 'Jogja Istimewa' untuk Kampanye bukan yang Pertama, Deretan Lagu ini Juga Bernasib Sama

Selasa, 15 Januari 2019 - Zaimul Haq Elfan Habib

BERSORAK bersama dalam sebuah kampanye seolah sudah menjadi kebiasaan massa pendukung untuk membanggakan calon yang mereka usung. Berbagai macam sorak-sorai keluar, mulai dari teriakan nama, yel-yel, hingga menciptakan lagu khusus untuk calon.

Untuk poin yang terakhir, karena menciptakan lagu tidaklah mudah, tak sedikit yang memilih menggunakan irama lagu yang terkenal lalu mengubah bait-bait liriknya. Tindakan itu tidaklah benar jika tanpa seizin yang punya karya.

Namun, seolah nekat, pendukung tetap menyanyikan lagu populer tanpa terlebih dahulu meminta izin. Akibatnya, mereka digugat sang musisi. Berikut beberapa kasus pembajakan lagu untuk kampanye tanpa izin.

1. Donald Trump

Pada kampanye Pemelihan Presiden Amerika Serikat 2016, calon Partai Republik, Donald Trump, pernah memakai lagu Rihanna tanpa izin untuk keperluan kampanyenya. Lagu yang dipakai ialah Dont Stop the Music yang dirilis pada 2007.

Akibat tindakan tersebut, pihak pencipta meradang. Lewat akun Twitter, artis dengan panggilan karib Riri ini langsung berkomentar keras. Bahkan, ia langsung melayangkan surat somasi ke calon yang bersangkutan.

2. Ronald Reagan

Jimmy Carter dan Ronald Reagan pada 1980. (MADELINE DREXLER/AP)
Jimmy Carter dan Ronald Reagan pada 1980. (MADELINE DREXLER/AP)

Jauh sebelum kasus Trump, pada perhelatan serupa kasus ini juga pernah muncul. Yakni, dalam kampanye Ronald Reagan 1979. Ia diprotes oleh Bruce Springsteen karena menggunakan lagu "Born in the USA" untuk kampanye kepresidenannya.

Pasalnya lagu yang judulnya terkesan patriotik tersebut kenyataannya, adalah lagu untuk menceritakan derita tentara A.S di perang Vietnam. Sebagai tambahan, Pharell juga sudah melayangkan somasi setelah lagu "Happy" miliknya juga digunakan di kampanye tersebut.

3. Prabowo

Tak hanya di Amerika, baru-baru ini kasus serupa juga muncul di Indonesia. Kasus ini melibatkan perseteruan antara Prabowo dan Kill The DJ. Kasusnya bermula saat sekelompok ibu-ibu pendukung Prabowo-Sandi menyanyikan lagu 'Jogja Istimewa' dengan mengubah liriknya.

Tak terima dengan perbuatan itu, Kill The DJ yang tergabung dalam grup Jogja Hip Hop Foundation ini langsung bereaksi keras di akun media sosial pribadinya. Bahkan ia berencana untuk melaporkan kasus ini ke pihak berwajib. (*)

Baca Juga: Lagunya Dipakai Kampanye Pilpres, Marzuki 'Kill The DJ' Mohamad Ngamuk

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan