Mayoritas Pasien Meninggal akibat COVID-19 Belum Divaksin

Senin, 07 Februari 2022 - Zulfikar Sy

MerahPutih.com - Sejak varian Omicron terdeteksi masuk Indonesia, tercatat sudah 365 pasien meninggal dunia karena COVID-19. Dari jumlah tersebut, sebanyak 69 persennya belum menerima dosis vaksinasi lengkap atau sama sekali.

Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers secara online selepas rapat terbatas evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Senin (7/2).

"Kemudian, dari 58 orang yang saat ini masih dirawat dengan kondisi berat, kritis dan menggunakan ventilator, itu 60 persen belum vaksin lengkap atau sama sekali," ungkap Budi.

Baca Juga:

Luhut Beberkan Lansia Rentan Jadi Korban Penyebaran Omicron

Budi juga terus mengimbau kepada masyarakat untuk segera melengkapi dosis vaksinasi COVID-19. Utamanya kelompok rentan seperti orang lanjut usia.

"Terutama untuk lansia, harus segera divaksin dan yang belum dua kali cepat segera lengkapi. Karena ini penting sekali buat melindungi mereka," tuturnya.

Budi menjelaskan, sejak Indonesia memasuki gelombang varian Omicron sejauh ini sudah ada tiga provinsi yang jumlah kasusnya melebihi puncak ketika gelombang varian Delta tahun lalu.

Dia menjabarkan, untuk DKI Jakarta puncak kasus per Minggu (6/2) mencapai 15.800 kasus dengan puncak kasus saat gelombang Delta mencapai 14.600 kasus.

Selanjutnya, Banten mengalami puncak kasus per Minggu (6/2) hingga 4.800 kasus, sedangkan puncak kasus saat gelombang Delta berada di angka 3.900 kasus.

Adapun Bali mencapai puncak kasus per Minggu (6/2) hingga 2 ribu kasus, sementara puncak kasus saat gelombang Delta mencapai 1.900 kasus.

"Ketiga provinsi yang jumlah kasus hariannya sudah melebihi puncak saat Delta itu angka yang dirawat di RS masih di sekitar 30—50 persenan," ujarnya.

Baca Juga:

Omicron Melonjak, Pemerintah Putuskan PPKM Level 3 di Jabodetabek, DIY, Bali, Bandung Raya

Budi meminta agar masyarakat untuk mengurangi mobilitas untuk berinteraksi dengan orang lain, khususnya daerah yang mengalami lonjakan COVID-19 tinggi.

"Jadi yang saya ingin sampaikan bahwa tidak usah panik kalau lihat jumlah kasusnya lebih tinggi. Karena memang yang lebih penting yaitu yang masuk RS itu jauh lebih rendah dan masih bisa terkendali," lanjutnya.

Sementara Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Panjaitan menyebut, pemerintah memutuskan menaikkan level PPKM untuk Jabodetabek, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bandung Raya dan Bali ke level 3.

"Hal ini terjadi bukan karena tingginya kasus," ujar Luhut.

Dia mengatakan, kenaikan level itu lebih disebabkan karena rendahnya pelacakan atau tracing di daerah-daerah tersebut.

Di Bali, kata dia, PPKM juga naik ke level 3, salah satunya disebabkan oleh rawat inap yang meningkat. (Knu)

Baca Juga:

Anies Tegaskan Tingkat Keparahan Akibat Omicron di DKI Tidak Tinggi

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan