Marketplace Kebutuhan Rumah yang Merambah Hingga Pelosok
Kamis, 15 Juli 2021 -
INDUSTRI e-commerce di Indonesia terus menggeliat. Banyak investor melirik sektor marketplace (lokapasar) untuk menarik konsumen. Investasi di sektor e-commerce memang menjanjikan karena peluang ekonominya sangat besar. Hal ini disadari betul oleh Ertan Sonat Yalcinkaya yang sudah teruji memiliki kekuatan mengelola bisnis marketplace di mancanegara.
Jeli melihat peluang, Ertan Sonat Yalcinkaya dan Vyani Manao --pendiri start-up Pakde, mendirikan marketplace penyedia peralatan rumah tangga bernama Shox Rumahan.
Baca Juga:

“Banyak investor di sekitar saya antusias dengan bisnis e-commerce di Indonesia, setelah melihat sektor ini berkembang pesat dalam satu tahun terakhir. Gross Merchandise Value (GMV) naik hampir dua kali lipat, kenaikan valuasi unicorn menunjukkan adanya peluang bisnis yang menjanjikan di sektor e-commerce,” ungkap Founder Shox Rumahan, Ertan Sonat Yalcinkaya yang dikerap disapa Kaya.
Namun, Kaya menilai aktivitas e-commerce di Indonesia masih terbatas pada kota-kota besar atau tier-1. Dengan 10,56 juta penduduk, Jakarta kurang dari 5% populasi Indonesia tetapi berkontribusi sekitar 58% dari total pengguna perdagangan elektronik. Pemain e-commerce besar juga menyasar pengguna dari kawasan urban.
Data ekosistem logistik menunjukkan 60-70% pengiriman produk e-commerce memiliki tujuan ke kawasan Jabodetabek. Kaya melihat pasar e-commerce masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh di Indonesia dan pertumbuhan tertinggi didorong oleh 190 juta masyarakat perdesaan dengan lebih dari 130 juta penduduk pedesaan yang tidak memiliki rekening bank dan belum mengenal e-commerce.
Walaupun berbelanja merupakan pengalaman sosial, marketplace ini percaya social-commerce adalah bisnis kepercayaan. Bersama para ketua komunitas di pelosok, seluruh timnya memiliki tanggung jawab menjaga kepercayaan pengguna. Di dalam komunitas perdesaan, anggota tidak mau mempercayai solusi berbasis teknologi. Mereka lebih percaya kepada tetangga, termasuk saat berbelanja daring.
Baca Juga:

Sekali saja transaksi jual-beli tidak memenuhi ekspektasi anggota, ketua juga kehilangan kepercayaan dan juga rasa hormat dari komunitas mereka.
Dibandingkan grup komunitas pembeli lain, risiko menurunnya kepercayaan di kawasan rural lebih tinggi, baik bagi pembeli maupun penjual. Penjual harus menanam kepercayaan pembeli. Jika gagal, mereka bukan hanya kehilangan satu pembeli, tetapi juga seluruh anggota komunitas. Penawaran harga ekonomis memang penting, tetapi kepuasa pengguna jauh lebih penting.
Kaya melihat raksasa e-commerce Indonesia mengabaikan faktor-faktor tersebut sehingga efek trickle-down dalam ekonomi yang mereka rancang tidak akan bekerja di komunitas perdesaan. Pemain tradisional e-commerce memfasilitasi persaingan dengan sangat baik.
Mereka mendaftarkan sebanyak mungkin penjual dan mendorong sebanyak mungkin Stock Keeping Unit (SKU) di pasar. Model ini menjaga harga tetap rendah, tetapi hanya bagi pembeli di kota tier-1. Sementara bagi pembeli di pedesaan harga menjadi tidak ekonomis akibat tingginya biaya pengiriman. Tanpa penghematan biaya, sistem e-commerce tidak lagi menarik bagi pembeli di pelosok, terutama jika produk tidak sesuai kebutuhan.
Baca Juga:
Pelaku UMKM Perempuan di E-Commerce Meningkat Drastis Saat Pandemi

Shox Rumahan mengatasi permasalahan ini dengan membalik piramida dan berfokus menarik komunitas perdesaan ke e-commerce. “Daripada mendorong pembeli dengan banyak produk, Shox Rumahan hanya menyediakan produk yang mereka inginkan. Ini bukan sekadar lokalisasi, tetapi hiperlokalisasi. Jarum jauh lebih mudah ditemukan di tumpukan jerami yang jauh lebih sedikit,” tutur Kaya.
Bagi pemain e-commerce, lebih mudah memanfaatkan dan meningkatkan jumlah infrastruktur yang telah mereka bangun. Artinya, akan ada banyak peluang bagi pelaku bisnis yang menyasar pasar rural. Walau demikian, Kaya menilai ada teka-teki perdagangan elektronik di kawasan pedesaan yang harus diatasi. Sebab, tidak mudah menggarap pasar rural. “Jika semudah itu, sudah banyak pemain e-commerce yang melakukannya.”
Menurut Kaya, langkah pertama yang harus dilakukan ialah membaca dan memahami perilaku konsumen dan komunitas di pedesaan. (psr)
Baca Juga:
New Normal, Outfit Perempuan Paling Banyak Diminati di Situs E-Commerce