Lewat Buku, Golkar Tegaskan Posisi Poros Tengah Politik Indonesia

Senin, 26 Februari 2024 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Partai Golkar meluncurkan buku berjudul "Jalan Tengah Golongan Karya: Mengutamakan Persatuan dan Kesatuan Demi Kemajuan Bersama".

Buku merupakan karya dari dua kader partai tersebut, yakni Sharif Cicip Sutardjo dan Erwin Aksa terdapat 110 halaman, dengan sampul buku bergambar pohon beringin.

Baca Juga:

Airlangga Tegaskan Keputusan Calon Gubernur DKI yang Diusung Golkar Ada di Forum Khusus

Buku tersebut memuat kata sambutan dari Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar H. Aburizal Bakrie, serta pengamat politik Rocky Gerung.

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan buku tersebut menggambarkan bahwa Partai Golkar memilih menjadi partai tengah dalam kondisi politik Indonesia saat ini.

Pilihan Golkar menjadi "partai tengah" itu untuk menghindari konflik politik yang terlalu ideologis, serta menjangkau dan merangkul seluruh masyarakat Indonesia dengan semangat persatuan dan kesatuan.

"Sikap ini adalah keputusan paling rasional di tengah kondisi rakyat yang sangat beragam. Posisi poros tengah juga salah satu upaya partai beringin melanjutkan nilai-nilai para leluhur pahlawan nasional yang berhasil menyatukan Indonesia dari banyak keberagaman suku, budaya, adat, dan agama," kata Airlangga.

Menurut Airlangga, poros tengah merupakan adopsi dari semboyan negara Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Semboyan itu mengakui, menghargai, dan melindungi keragaman dengan semangat berbeda-beda tetapi tetap satu.

"Hanya dengan persatuan dan kesatuan, Indonesia telah terbukti dapat memajukan kedaulatan, kemerdekaan nasional, sekaligus melangsungkan pembangunan untuk mencapai cita-cita mewujudkan masyarakat adil dan makmur," kata Airlangga.

Sharif Cicip menjelaskan, Partai Golkar terus memberi pemahaman bahwa persaingan ideologis memerlukan tuntunan argumen rasional agar tidak berubah menjadi konflik suku, agama, ras, dan antargolongan atau SARA. Misi tersebut, terus dilakukan sambil memperbaiki pendidikan anak-anak bangsa Indonesia melalui dua hal.

Hal itu di antaranya, kata ia, mewujudkan manusia Indonesia yang bermartabat (human dignity), mampu merawat lingkungan sebagai habitat etis semua makhluk (environmental ethics), dan mendorong generasi baru terlibat dalam pengolahan isu keamanan global (global security) untuk mencegah permusuhan antarbangsa.

"Bagi Golkar, menumbuhkan politics of hope adalah alasan semua para kader dalam berpolitik hari ini," katanya. (*)

Baca Juga:

Golkar Bakal Tolak Usulan Hak Angket Pemilu 2024

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan