Ledakan Masjid SMAN 72, Tanda Bahaya Ekstremisme di Kalangan Remaja

Minggu, 09 November 2025 - Wisnu Cipto

MerahPutih.com - Ledakan yang terjadi di Masjid SMAN 72 Jakarta mengakibatkan sedikitnya 55 orang luka-luka. Insiden ini terjadi saat siswa tengah melaksanakan salat Jumat di lingkungan sekolah, dua hari lalu.

SETARA Institute menilai peristiwa ledakan ini bukan sekadar tindak kriminal biasa, melainkan bentuk nyata ekstremisme kekerasan.

“Tragedi di SMAN 72 Jakarta nyata-nyata merupakan tindakan ekstremisme kekerasan,” kata Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan, dalam keterangan tertulis, Minggu (9/11).

Baca juga:

Astaga! Isi Rumah Siswa Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Bikin Merinding, Ada Serbuk yang Diduga Jadi 'Kunci' Balas Dendam Perundungan

Halili menyoroti simbol dan narasi yang digunakan pelaku, seperti tulisan “Welcome to Hell” pada senapan mainan serta penyebutan nama-nama pelaku teror dunia. Menurutnya, hal tersebut menunjukkan arah ideologis tindakan pelaku.

“Ini bukan sekadar tindak kriminal. Indikasi kuat mengarah pada tindakan terorisme,” tuturnya.

Data survei SETARA Institute tahun 2023 menunjukkan bahwa 5 persen remaja tergolong intoleran aktif dan 0,6 persen telah terpapar ideologi ekstremisme.

Meskipun tingkat toleransi pelajar SMA masih tinggi (70,2 persen), tren intoleransi aktif meningkat signifikan dibandingkan survei tahun 2016.

Baca juga:

Siswa Terduga Pelaku Peledakan di SMAN 72 Jakarta Dicurigai Terpapar Konten Negatif di Media Sosial

SETARA Institute mendesak pemerintah untuk mengaktifkan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan (RAN-PE) serta memperkuat peran daerah melalui Rencana Aksi Daerah (RAD-PE).

Halili menekankan pentingnya literasi kebangsaan, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan sebagai benteng utama mencegah radikalisasi remaja.

Faktor perundungan (bullying) juga disebut sebagai pemicu perilaku ekstrem pelaku yang diketahui merupakan siswa berusia 17 tahun.

Baca juga:

Cegah Perundungan, Legislator: Stop Normalisasi Kekerasan, Termasuk yang Dibungkus Candaan

“Bullying terbukti bisa menjerumuskan korban pada perilaku ekstrem, termasuk ekstremisme kekerasan seperti yang terjadi di SMAN 72 Jakarta,” tutup Halili. (Pon)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan