Lagu 'Helo Kuala Lumpur' Mendadak Diperbincangkan

Kamis, 14 September 2023 - Febrian Adi

NETIZEN +62 terlambat dua tahun untuk menyadari bilamana lagu Helo Kuala Lumpur unggahan kanal YouTube asal Malaysia Lagu Kanal TV terdengar begitu mirip dengan Halo-Halo Bandung. Secara mendadak isu jiplak menjiplak ini naik kepermukaan internet di Indonesia.

Unggahan yang bertebaran di jagat maya itu mulai terlihat sejak Selasa (12/9) kemarin. Siapa yang memulai topik tersebut mungkin sulit untuk menebak. Namun hal yang pasti adalah isi perbincangan yang mengatakan bahwa nada dan melodi lagu dari lagu Helo Kuala Lumpur terdengar tak asing di telinga orang Indonesia.

Baca Juga:

Serial Musikal 'Payung Fantasi' Bawakan Karya Ismail Marzuki

Pada nada yang dinyanyikan dari lagu buah karya Ismail Marzuki terdengar sangat sama. Sementara terdapat perbedaan lirik yang diubah dalam beberapa bait. Seperti di bait pertama pada lagu Halo-Halo Bandung menuliskan kata ‘Periangan’ untuk menandakan julukan Kota Kembang tersebut.

Halo, halo bandung, Ibu kota periangan” bunyi bait pada lirik Halo-Halo Bandung. Sementara pada lagu Helo Kuala Lumpur penulisan diganti menjadi ‘Keriangan’ yang berarti penuh suka cita dalam bahasa Melayu. “Helo Kuala Lumpur, Ibu kota keriangan”.

Selain di bait pertama, perubahan kata banyak sekali dilakukan dalam lagu Helo Kuala Lumpur untuk membedakan dengan lagu Halo-Halo Bandung. Tetapi pada nada yang dinyanyikan sangat terdengar begitu sama. Mungkin saja memang lagu gubahan kanal YouTube anak-anak tersebut terinspirasi dari lagu yang ‘dianggap’ ciptaan Ismail Marzuki.

Baca juga:

Sisitipsi Meremajakan Karya Ismail Marzuki Lewat Album Ketiga

Sampul buku 'Senandung Melintas Zaman'. (Hendaru)

Mengapa ada kata ‘dianggap’? Karena bicara soal lagu Halo-Halo Bandung, sastrawan Remy Sylado dalam buku Ismail Marzuki: Senandung Melintas Zaman pernah mengatakan, “Pencipta Halo-Halo Bandung adalah Lumban Tobing, seorang prajurit Siliwangi yang hijrah di Yogyakarta, dan bersama dengan peletonnya yang terdiri dari halak Batak dan Kawanua (orang Minahasa) pulang ke Bandung sambil menyanyikan lagu ini,” tulis Ninok Leksono dalam buku tersebut mengutip perkataan Remy Sylado.

Luman Tobing lanjut Remy Sylado, memanfaatkan judul Halo-Halo Bandung dari lagu populer di Bandung sejak tahun 1923 yang dinyanyikan oleh Willy Derby, penyanyi Belanda di Bandung yang saat itu sangat terkenal. Lagu Halo-Halo Bandung yang diakui sebagai ‘ciptaan’ Ismail Marzuki didasarkan pada versi asli Lumban Tobing tentang kegigihan prajurit Siliwangi yang terdiri dari suku-suku luar Jawa untuk menegakkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Sejatinya, artikel ini bukanlah untuk menelaah siapa jiplak siapa tetapi tentang bagaimana netizen Indonesia atau warga Indonesia, baru bertindak bila budayanya merasa diakui, diambil, dirampas, dijiplak, di-copy paste oleh bangsa lain.

Ini beberapa kali terjadi, mulai dari pakaian batik, kesenian wayang dan reog bahkan kuliner rendang sekalipun. Bangsa Indonesia memilih jutaan budaya yang tak kalah dengan mancanegara, maka banggalah! (far)

Baca juga:

Memperingati Hari Pahlawan, Ismail Marzuki jadi Google Doodle

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan