Kuah Beulangong, Kari Perdamaian Khas Aceh dengan Campuran Biji Ganja
Selasa, 06 Agustus 2024 -
MERAHPUTIH.COM - DALAM setiap hajatan seperti pesta pernikahan di Aceh, beulangong acap jadi sajian wajib. Inilah salah satu ikon kuliner dari Aceh. Nama kuah beulangong diambil dari cara memasak sajian gulai ini, yakni dalam kuali besar yang disebut beulangong dalam bahasa setempat.
Cara masak dalam kuali besar ini terkait dengan tradisi memasak gulai untuk memperbaiki hubungan. Dahulu, kuah beulangong pernah menjadi cara memperbaiki hubungan di antara masyarakat yang berkelahi. Saat ada warga antardesa yang berkelahi, mereka akan disidang di masjid. Pihak yang bersalah diminta menyiapkan daging sapi, sedangkan yang lainnya harus menyediakan bumbu masakan.
Kuah beulangong lalu dimasak dan dimakan bersama sebagai ajang perdamaian. Masakan kari ini menggunakan daging dan pisang serta nangka sebagai campuran. Kari khas Aceh Besar ini tidak menggunakan santan, melainkan memakai air sebagai kuah. Sebagai pengganti, ditambahkan kelapa sangrai yang dihaluskan serta aneka rempah dan bumbu yang menghasilkan cita rasa khas sekaligus mengentalkan kuah.
Beulangong berbahan dasar daging baik itu dari daging sapi atau kambing yang dicampur dengan rempah-rempah yang sangat khas. Salah satu rempah yang bikin nama beulangong kontroversial ialah penggunaan biji ganja di dalamnya.
Baca juga:
Tradisi Reuhab, Upacara Adat Kematian Masyarakat Alue Tuho Aceh
Penggunaan biji ataupun daun ganja dalam masakan Aceh memang sudah menjadi tradisi turun-temurun. Tidak mengherankan jika tanaman tersebut lazim ditemukan di halaman rumah penduduk. Biji ganja digunakan untuk membuat daging mudah empuk juga menambah rasa nikmat pada gulai.
Namun, karena adanya aturan yang makin ketat, kini biji ganja tak lagi banyak digunakan dalam masakan khas Serambi Mekah. Meskipun demikian, sajian beulangong tetap juara nikmatnya.(dwi)