Koleksi Ekata Burgonian Memotret Problema Urban Ibu Kota
Jumat, 08 Maret 2024 -
>>MERAHPUTIH.COM - DERU>> knalpot kendaraan, suara klakson bersambaran, dan derap langkah kaki lalu-lalang orang bergema di titian peraga Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW) 2024, Rabu (6/3). >Sosok manusia >>perak>> muncul di layar besar.
>>Tak lama berselang, seorang model perempuan mengenakan gaun ketat lengan panjang hingga menutup tangan berwarna >>silver>> bermandi cahaya. >Di belakanganya membebek model lain berbusana stelan jas, gaun pendek dengan rok menggelembung, dan gaun panjang dengan potongan rok tinggi. >Semuanya berwarna >>silver,>> kecuali satu model lelaki mengenakan setelan jas hitam meski ada aksen >>silver>> di bagian dada dan perut.
>>Koleksi bertajuk Silverlicious tersebut merupakan buah karya seorang alumnus Burgo Milan Howard Laurent dalam peragaan mode karya sivitas Istituto Di Moda Burgo Indonesia di PIFW 2024. Lewat koleksinya, Howard ingin mengingatkan di balik estetika warna silver >>pada>> sekujur tubuh mereka terdapat pula makna perjuangan untuk bertahan hidup.
>>Baca juga:
>>Runway Victoria Beckham di Paris Fashion Week 2024 Diserbu Pencinta Hewan
>>Sebelum koleksi Howard Laurent, sebagai pembuka >>acara>> , desainer koleksi sekaligus pendiri Instituto di Moda Burgo Indonesia Jenny Yohana Kansil tampil memikat dengan tema Dalihan Na Tolu. >Karya yang terinpirasi dari keunikan Kain Ulos itu baru saja ditampilkan di Milan Fashion Week Februari lalu. >“Koleksi dari Burgo di PIFW 2024 memang ceritanya sangat kuat. Sebab kami selalu mengajarkan kepada para muerid di Burgo untuk bukan hanya membuat koleksi busana tetapi juga apa ceritanya,” kata Jenny Yohana Kansil kepada >>Merahputih.com.
>>Selain dua koleksi tersebut, selanjutnya hadir parade sembilan koleksi gubahan Burgorian, antara lain Canneta, Jedidiah, Caylie, Indy, Kesh, Seirin, Airen, Valerie, dan Julia Orlandy.
>>Koleksi mereka menangkap problema msyarakat urban tentang keterhubungan antarmanusia, manusia dan manga, keterasingan, dan perjuangan hidup seperti pada karya Gisella Louis.

>>Dengan mengambil tema >>Acanthus>> terinpirasi dari filosofi bunga Jeruju lambang kecantikan nan dapat tumbuh di mana pun, Gisella ingin menyampaikan kisah perjuangan hidup berusaha bangkit leher tenaga dari keterpurukan selama menjadi penyerta >>systemic lupus erythematosus>> (SLE).
>>Di usia 16 tahun, karena SLE, Gisella kehilangan kemampuan motorik tubuhnya. >Meski begitu, keinginan kuat untuk dapat berkegiatan dan bergerak bebas menjadikannya pribadi tak kenal menyerah. >“Tantangan terbesar saya adalah menunggu buah dari perjuangan itu, dan takut usaha saya tidak menghasilkan hasil, mengurangi rasa bosan dengan hal monoton tetapi hasil tak sesuai ekspektasi, lelah dengan belasan obat, tidak percaya diri, dan merasa berbeda serta merasa kurang,” kata Gisella .
>>Perjuangan panjang itu akhirnya membuahkan hasil. >Tiga koleksinya tampil menawan di panggung PIFW. >Gisella muncul dengan langkah tertatih di tengah koleksinya. >Kehadirannya disambut tepuk tangan riuh dari seluruh tetamu penggemar fesyen.
>>"Tuhan memberikan cobaan karena tahu kita kuat dan bisa melewatinya. Kalau mencapai istirahat, dan kalau kecewa boleh menangis. Itu sangat manusiawi. Tapi setelah itu kita bisa bangkit lagi. >>Tidak ada yang sempurna. Kita cantik dengan cara kita masing-masing. Bersikaplah heroik dalam caramu sendiri. ceritanya sendiri>> ," pungkas Gisella. >>(*)
>>Baca juga:
>>Koleksi Busana Leather di Peragaan Busana Hermes Paris Fashion Week 2024