Kasus Harian COVID-19 di Kota Bandung Sentuh 450, BOR Lampaui 90 Persen
Jumat, 09 Juli 2021 -
Merahputih.com - Tempat tidur pasien COVID-19 di rumah sakit se-Kota Bandung telah ditambah. Tempat-tempat tidur pasien umum non-COVID-19 telah diubah menjadi untuk pasien COVID-19. Namun lonjakan kasus masih terus terjadi, sehingga keterisian rumah sakit tetap tinggi.
Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengatakan peningkatan kasus COVID-19 di Kota Bandung masih sangat tinggi. Biasanya penambahan kasus di Kota Bandung tidak lebih dari 100 orang per hari. Namun pada Rabu 7 Juli 2021 menyentuh angka 450 per hari.
Baca Juga:
Narasi Menyesatkan COVID-19 Membunuh Lebih Banyak Orang yang Divaksinasi
"BOR (Bed Occupancy Rate) juga di atas 90 persen. Itu menunjukkan Rumah Sakit sangat penuh," katanya usai Apel Persiapan Sidang on the street di Metro Indah Mall, Kota Bandung, Kamis (8/7).
Pada akhir Mei lalu, ada 1.400 tempat tidur di 29 Rumah Sakit rujukan COVID-19. Saat ini sudah ditambah menjadi 2.266 tempat tidur. Namun masih tetap penuh oleh penderita COVID-19.
Pemkot Bandung juga terus berupaya mendorong Rumah Sakit rujukan mengkonversi tempat tidur perawatan non COVID-19 menjadi perawatan COVID-19.

"Sudah cukup banyak Rumah Sakit yang mengonversi sampai di atas 60 persen. Seperti RS Edelweiss memyentuh angka 73 persen tempat tidurnya dipergunakan untuk pelayanan COVID-19. Di sana BOR-nya sudah di angka 103 persen," paparnya.
Hal itu menunjukkan penyebaran COVID-19 terus meningkat. Bahkan yang meninggal bisa sampai 50 orang per hari. Sejak 24 Juni, kata Yana, berkisar 46-50 orang yang meninggal per hari. Padahal sebelumnya tidak lebih dari 10 orang.
"Tempat tidur sekarang sudah 2.266 itu penuh terus, jadi kejar-kejaran," ucapnya.
Karena hal tersebut, Yana meminta warga untuk mengurangi mobilitas saat pelaksanaan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, sehingga dengan inkubasi 14 hari dari 3 Juli sampai 20 Juli 2021, virus COVID-19 dapat mati.
Baca Juga:
Polres Jakpus Gelar Vaksinasi Keliling di Wilayah Rawan dan Padat Penduduk
Ia menjelaskan, kunci utama menghentikan COVID-19 yaitu transmisi. Jika virus itu masih terdapat tubuh namun mobilitasnya tinggi, maka akan terus menularkan ke orang lain.
"Tapi kalau sekarang kitanya diam, virus Corona kan benda mati tapi dia bisa hidup di media seperti selaput lendir mata, hidung, mulut, kita yang jadi media transmisi perpindahan penyebarannya, manusia," katanya.
Menurutnya, dengan mengurangi pergerakan selama 14 hari sesuai masa inkubasi virus corona, maka bisa dipastikan jumlah penularan akan berkurang. (Imanha/Jawa Barat)