Jeju Air Disebut Kecelakaan Karena Burung, Para Ahli Mencoba Gali Jawabannya

Senin, 30 Desember 2024 - Hendaru Tri Hanggoro

MerahPutih.com - Setidaknya 179 orang tewas setelah pesawat Jeju Air buatan Boeing meledak dalam percobaan pendaratan di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, Minggu (29/12).

Kecelakaan ini menjadi salah satu insiden penerbangan terburuk di negara tersebut di tengah krisis politik.

Menurut laporan Yonhap News Agency, menara pengawas di Bandara Muan telah mengeluarkan peringatan tentang kemungkinan tabrakan burung saat pesawat Jeju Air berusaha mendarat sebelum pukul 9 pagi waktu setempat.

Pesawat tersebut melampaui landasan pacu dan menabrak dinding luar setelah roda pendaratannya tampaknya gagal berfungsi.

Baca juga:

Total 179 Orang Meninggal Dalam Kecelakaan Jeju Air

Dalam video yang disiarkan di media lokal dan beredar di media sosial, pesawat terlihat meluncur di landasan tanpa roda pendaratan yang terlihat, sebelum menabrak dinding dan meledak dalam kobaran api.

Editor Airline News, Geoffrey Thomas, seperti dikutip newsweek.com (30/12), mengajukan beberapa pertanyaan penting tentang kecelakaan ini.

"Mengapa pemadam kebakaran tidak menyemprotkan busa di landasan? Mengapa mereka tidak hadir saat pesawat mendarat? Mengapa pesawat mendarat begitu jauh di landasan? Dan mengapa ada dinding bata di ujung landasan?" tanyanya kepada Reuters.

Berbicara tentang kemungkinan tabrakan burung, Thomas mengatakan, "Tabrakan burung bukanlah hal yang aneh, masalah dengan roda pendaratan (landing gear) juga bukan hal yang aneh. Tabrakan burung sering terjadi, tetapi biasanya tidak menyebabkan hilangnya pesawat."

Baca juga:

124 Orang Tewas dalam Kecelakaan Pesawat Jeju Air, 2 Awak Selamat

Pakar keselamatan penerbangan Australia, Geoffrey Dell, mengatakan kepada Reuters, "Saya belum pernah melihat tabrakan burung mencegah roda pendaratan berfungsi."

Dell menambahkan, meskipun tabrakan burung dapat memengaruhi mesin pesawat jika kawanan burung tersedot ke dalamnya, mesin tidak akan langsung mati, yang berarti pilot akan memiliki waktu untuk menangani situasi.

Dell dan konsultan penerbangan Australia, Trevor Jensen, mengatakan alasan mengapa pesawat tidak melambat setelah menyentuh landasan masih belum jelas.

CEO Jeju Air, Kim E-bae, menyatakan permohonan maaf dan bela sungkawa sedalam-dalamnya kepada korban dan keluarganya.

"Saat ini, penyebab pasti kecelakaan belum dapat ditentukan, dan kami harus menunggu investigasi resmi dari lembaga pemerintah. Terlepas dari penyebabnya, saya bertanggung jawab penuh sebagai CEO," kata E-bae.

Boeing juga menyatakan mendukung segala upaya penyelidikan pesawat Jeju dan menyatakan kepedihan mendalam atas jatuhnya korban. (dru)

Baca juga:

Update Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air, Bertambah Jadi 94 Orang

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan