Jeju Air Disebut Kecelakaan Karena Burung, Para Ahli Mencoba Gali Jawabannya
Pesawat Jeju Air jatuh di Bandara Muan Korea Selatan. (Foto: YouTube/Pilot Blog)
MerahPutih.com - Setidaknya 179 orang tewas setelah pesawat Jeju Air buatan Boeing meledak dalam percobaan pendaratan di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, Minggu (29/12).
Kecelakaan ini menjadi salah satu insiden penerbangan terburuk di negara tersebut di tengah krisis politik.
Menurut laporan Yonhap News Agency, menara pengawas di Bandara Muan telah mengeluarkan peringatan tentang kemungkinan tabrakan burung saat pesawat Jeju Air berusaha mendarat sebelum pukul 9 pagi waktu setempat.
Pesawat tersebut melampaui landasan pacu dan menabrak dinding luar setelah roda pendaratannya tampaknya gagal berfungsi.
Baca juga:
Dalam video yang disiarkan di media lokal dan beredar di media sosial, pesawat terlihat meluncur di landasan tanpa roda pendaratan yang terlihat, sebelum menabrak dinding dan meledak dalam kobaran api.
Editor Airline News, Geoffrey Thomas, seperti dikutip newsweek.com (30/12), mengajukan beberapa pertanyaan penting tentang kecelakaan ini.
"Mengapa pemadam kebakaran tidak menyemprotkan busa di landasan? Mengapa mereka tidak hadir saat pesawat mendarat? Mengapa pesawat mendarat begitu jauh di landasan? Dan mengapa ada dinding bata di ujung landasan?" tanyanya kepada Reuters.
Berbicara tentang kemungkinan tabrakan burung, Thomas mengatakan, "Tabrakan burung bukanlah hal yang aneh, masalah dengan roda pendaratan (landing gear) juga bukan hal yang aneh. Tabrakan burung sering terjadi, tetapi biasanya tidak menyebabkan hilangnya pesawat."
Baca juga:
124 Orang Tewas dalam Kecelakaan Pesawat Jeju Air, 2 Awak Selamat
Pakar keselamatan penerbangan Australia, Geoffrey Dell, mengatakan kepada Reuters, "Saya belum pernah melihat tabrakan burung mencegah roda pendaratan berfungsi."
Dell menambahkan, meskipun tabrakan burung dapat memengaruhi mesin pesawat jika kawanan burung tersedot ke dalamnya, mesin tidak akan langsung mati, yang berarti pilot akan memiliki waktu untuk menangani situasi.
Dell dan konsultan penerbangan Australia, Trevor Jensen, mengatakan alasan mengapa pesawat tidak melambat setelah menyentuh landasan masih belum jelas.
CEO Jeju Air, Kim E-bae, menyatakan permohonan maaf dan bela sungkawa sedalam-dalamnya kepada korban dan keluarganya.
"Saat ini, penyebab pasti kecelakaan belum dapat ditentukan, dan kami harus menunggu investigasi resmi dari lembaga pemerintah. Terlepas dari penyebabnya, saya bertanggung jawab penuh sebagai CEO," kata E-bae.
Boeing juga menyatakan mendukung segala upaya penyelidikan pesawat Jeju dan menyatakan kepedihan mendalam atas jatuhnya korban. (dru)
Baca juga:
Update Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air, Bertambah Jadi 94 Orang
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Momen Presiden Prabowo Subianto Serah Terima Alutsista Pesawat Airbus A400M
Unit Pertama A400M Sampai dengan Selamat, Prabowo Malah Sudah Kode Nambah Armada 4 Kali Lipat
A400M Sang Raja Angkut Berat TNI AU Bikin Presiden Bangga dan Langsung Disiram Air Kembang, Siap Diterbangkan ke Gaza?
Pesawat Angkut Rasa Ambulans! Prabowo Ingin A400M TNI AU Jadi "Super Lifter" yang Jago Evakuasi Medis dan Lawan Kebakaran Hutan Sekaligus
Ketua Komisi II DPR Kritik KPU: Kalau Bisa Pakai Pesawat Biasa, Kenapa Harus Private Jet?
Airbus A400M Tiba 3 November, Armada Logistik Baru TNI AU dengan Spesifikasi Super Besar
AirAsia Bakal Kerahkan 100 Unit Pesawat Untuk Layani Penerbangan di Indonesia
Pesawat Smart Air Tergelincir di Lapangan Terbang Tiom, Papua, tak Ada Korban Jiwa
Cerita Korban Kecelakaan Helikopter di Kalsel Kirimkan SMS ke Keluarga
Identitas Nama 8 Orang Korban Helikopter Estindo Air Hilang Kontak di Kalsel