Jagat Spiritual Soeharto
Sabtu, 03 Januari 2015 -
MerahPutih Nasional - Presiden Soeharto adalah sosok pribadi yang banyak dikaitkan dengan wilayah mistik kejawen. Keyakinan Soeharto terhadap dunia mistik kejawen dilukiskan oleh Sejarahwan Asia Ternggara MC Ricklefs dalam sebuah bukunya berjudul Sejarah Indonesia Modern 1200-2004.
Dalam buku tersebut sejarahwan asal Australia menuliskan bahwa Soeharto adalah sosok yang sangat mempercayai klenik, kebatinan Jawa yang kental. Sebuah klenik yang hanya mengakui Islam dalam bentuk esoteris (batin) semata. Dalam dunia inilah Soeharto menemukan kedamaian batin yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinannya.
Sebagai sebuah ajaran, dunia batin Jawa diajarkan tidak melalui sekolah formal. Ajaran mistik kejawen biasanya diajarkan oleh seorang guru spiritual. Lantas siapakah sosok guru spiritual yang berhasil menamankan ajaran-ajaran adiluhung warisan kebesaran Kerajaan masa lampau.
Robert Edward Elson dalam bukunya berjudul 'Suharto Sebuah Biografi Politik' menjelaskan. Salah satu guru spiritual Soeharto yang berpengaruh adalah Daryatmo.
Perkenalan Soeharto dengan Daryatmo bermula saat Soeharto tinggal di Wuryantoro, Wonogiri, sebuah daerah yang amat dekat dekat Kota Solo (Surakarta).
"Seoharto kerap datang ke rumah Daryatmo. Duduk-duduk disana, berdiskusi dan menyerap ilmu kebatinan," tulis Elson.
Hubungan SOeharto dengan Daryatmo bermula pada sekitar tahun 1933, hubungan tersebut terus berlangsung sampai dengan tahun 1950. Bahkan saat Soeharto menjadi pimpinan Resimen di Salatiga, Jawa Tengah kerap berkomunikasi dengan Daryatmo.
Soeharto juga kerap meminta wejangan dari Daryatmo tentang prinsip dan petuah hidup. Ajaran-ajaran tersebut diresapi dengan dalam dan utuh oleh penguasa tunggal Orde Baru itu.
"Soeharto tampaknya sudah condong pada praktik-praktik peribadatan menyerap banyak dasar spiritual darinya," sambung Elson.
Keyakinan Soeharto dalam menyerap ajaran mistik kejawen juga disampaikan langsung oleh dirinya. Dalam sebuah buku bertajuk 'Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya” yang ditulis G. Dwipayana dan Ramadhan KH.
Dalam buku tersebut Soeharto berkisah bahwa Pandangan hidupnya berdasar kepada Keyakinan Tuhan Yanga Maha Esa (YME). Soeharto amat percaya dengan takdir hidup yang sudah digariskan Tuhan. Jika Tuhan sang pencipta alam dan segala isinya mempunyai kehendak, maka sudah pasti kehendak tersebut akan terwujud.
"Maka janganlah menyesal, jangan susah kita pasrah saja. Tidaklah perlu kita kaget. Sesuatu yang seolah-olah merupakan keistimewaan pada seseorang tidaklah perlu menyebabkan kita heran. Tidaklah perlu kita terbelalak dibuatnya sampai mengucap wah hebat sekali. Kembalikan hal tersebut kepada Tuhan dan kita. "Aja gumunan". Kalau kita mempunyai kedudukan, kekayaan jangan lupa bahwa sewaktu-waktu hal itu bisa berubah, kalau Tuhan menghendakinya. Sebab itu "Aja Dumeh" jangan mentang mentang dan jangan sombong," kata Soeharto. (bhd)