Hasil Riset Temukan Pelancong Lokal Bepergian dengan Pola yang Sama
Kamis, 05 Oktober 2023 -
DALAM setahun terahir, masyarakat Indonesia melancong dengan jumlah destinasi wisata yang sama. Misal, jika tahun sebelumnya melancong ke dua destinasi wisata, maka tahun ini pasti agendanya berisikan dua lokasi wisata lainnya.
SiteMinder yang merupakan platform penjualan hotel, merilis hasil riset konsumen terbesar di dunia tentang akomodasi edisi 2023.
Baca Juga:

Sebanyak 93% wisatawan Indonesia ingin berpegian dengan jumlah agenda yang sama. Kemudian hampir dua pertiga (65%) yang berniat untuk bepergian ke lokasi-lokasi lainnya melebihi agenda sebelumnya. Selain itu, jumlah orang yang berencana untuk bepergian internasional meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 10% tahun lalu menjadi 25% tahun ini.
Dari siaran pers, temuan yang dilalukan oleh institusi ini yang terangkum dalam Changing Traveller Report 2023 hasil analisis lebih dari 10 ribu wisatawan, Indonesia dan mancanegara. Mereka menyebutkan bahwa laporan ini menjadi dasar dari empat karakteristik utama yang mendasari rencana perjalanan dan motivasi yang akan berdampak pada industri akomodasi global selama setahun mendatang.
Empat karakteristik tersebut adalah
1. Petualang (the enduring explorer): berkomitmen untuk bepergian, terlepas dari kebutuhan biaya hidup.
2. Penyuka teknologi digital (the digital dependent): bergantung pada teknologi baru dan terikat pada perangkat.
3. Pencari pengalaman sensasional (the memory maker): bersemangat dan 'berinvestasi’ pada pengalaman.
4. Kolaborator komunikatif (the conscious collaborator): pendukung terbesar bagi industri akomodasi dan komunitas.
Dalam persoalan akomodasi, terlepas dari infasi yang terjadi saat ini, 97% wisatawan Indonesia mengatakan bahwa mereka senang menghabiskan uang di luar biaya kamar, menjadikan mereka yang paling bahagia di antara semua wisatawan di seluruh dunia. Tidak mengherankan karena masyarakat Indonesia memprioritaskan lebih mencari pengalaman terbaik.
Regional Vice President SiteMinder untuk Asia Pasifik, Bradley Haines, mengatakan penelitian ini menegaskan kemajuan sektor perjalanan Indonesia dan peran penting yang dimainkan oleh penyedia akomodasi.
“Berbeda dengan beberapa tahun terakhir. Kami melihat niatan kuat dari wisatawan Indonesia untuk berpegian keluar negeri bahkan dalam kondisi inflasi. kami juga melihat, penyedia akomodasi memainkan peran penting dari sebelumnya. Tujuh dari sepuluh wisatawan lokal, akomodasi adalah tujuan,” ungkap Haines.
Baca Juga:
Rest Area Heritage KM 260B Banjaratma, Eks Pabrik Gula nan Ikonik

Tercatat 75% wisatawan Indonesia akan mentolerasi tempat penginapan yang memiliki standar pelayanan yang rendah dikarenakan kekurangan staff. Hampir 60% wisatawan berpendapat bahwa industri akomodasi rata-rata tertinggal dalam hal adopsi teknologi. Sementara 92% setuju bahwa pengalaman pemesanan dan masa inap mereka bisa lebih baik jika properti akomodasi dapat lebih memahami teknologi.
Riset mereka menemukan bahwa penggunaan teknologi di kalangan wisatawan meliputi:
• Artificial Intelegence, lebih dari dua pertiga wisatawan milenial menggunakan AI untuk mencari rekomendasi penginapan.
• Media sosial, 9 dari 10 Generasi Z, mengatakan bahwa media sosial mempengaruhi cara mereka menemukan akomodasi.
• Situs pemesanan, 88% wisatawan lokal mengatur akomodasi lewat situs pemesanan online.Kemudian lebih dari setengahnya belum melanjutkan pemesanan karena pengalaman yang buruk. Loading yang lemot dan proses yang sulit membuat mereka tidak lagi memesan dari situs online.
Riset yang dilakukan oleh ini juga menyoroti sejauh mana budaya digital-first Indonesia. Haines mengatakan bahwa wisatawan Indonesia saat ini ini tidak hanya sangat bergantung pada digital. Tetapi juga secara sadar dan terus-menerus memiliki keinginan kuat untuk menciptakan kenangan selama mereka masih memiliki privilege untuk berwisata.
“Melalui riset kami, kami sekarang tahu bahwa mereka menganggap industri akomodasi berada di belakang dalam hal adopsi teknologi. Penyedia akomodasi harus melihat ini sebagai ajakan untuk berinvestasi dalam modern technology commerce yang memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan saat ini," tutup Haines. (aqb)
Baca Juga: