Gerak Cepat Uni Eropa dan AS Hentikan Ketergantungan Pada Pasokan Minyak Rusia
Senin, 09 Mei 2022 -
MerahPutih.com - Pemerintah Uni Eropa bergerak lebih dekat untuk menyetujui sanksi keras terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina. Komisi Eropa mengusulkan perubahan pada Jumat (6/5/2022) untuk embargo awal yang direncanakan pada minyak Rusia.
Senin ini (9/5), Pemerintah Uni Eropa menjadwalkan pembicaraan lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana memastikan negara-negara yang paling bergantung pada energi Rusia dapat mengatasinya.
Baca Juga:
Indonesia Harus Antisipasi Dampak Sanksi Anyar Uni Eropa ke Rusia
Bulgaria memastikan, tidak akan mendukung sanksi baru Uni Eropa terhadap Rusia jika negara Balkan itu tidak mendapat pengurangan dari usulan larangan membeli minyak Rusia.
"Pertemuan para pemimpin mungkin diperlukan untuk menyimpulkannya. Posisi kami sangat jelas. Jika ada pengurangan untuk beberapa negara, kami ingin mendapatkan pengurangan juga," Wakil Perdana Menteri Bulgaria Assen Vassilev pada Minggu (8/5) malam.
Vassilev mengatakan, Bulgaria juga perlu mendapatkan pengurangan, karena satu-satunya kilang di pelabuhan Laut Hitam Burgas membutuhkan waktu untuk meningkatkan fasilitas de-sulfurisasi yang diperlukan untuk beralih ke pemrosesan hanya minyak mentah non-Rusia.
Kilang Neftochim Burgas, yang dimiliki oleh LUKOIL Rusia adalah penyedia bahan bakar yang dominan di negara Balkan, yang termiskin di blok 27-anggota. Saat ini, setengah dari minyak yang diprosesnya berasal dari Rusia.
"Kurangnya pengecualian akan menimbulkan risiko lingkungan yang serius ke wilayah Burgas atau memaksa kilang minyak untuk mengurangi pemrosesan, yang akan menciptakan defisit dan selanjutnya meningkatkan harga bahan bakar, katanya.

Hongaria, Slowakia dan Republik Ceko, saat ini juga sangat bergantung pada minyak mentah Rusia yang dikirim melalui jaringan pipa era Soviet menghadapi tantangan untuk mengamankan sumber-sumber alternatif dan telah meminta pengurangan larangan tersebut.
Pada Kamis (5/5/2022), panel Senat AS mengajukan RUU yang dapat mengekspos OPEC+ ke tuntutan hukum untuk kolusi dalam meningkatkan harga minyak. Di sisi pasokan, jumlah rig minyak AS, indikator awal produksi masa depan, naik lima rig menjadi 557 minggu ini, tertinggi sejak April 2020.
Investor memperkirakan, permintaan yang lebih tinggi dari Amerika Serikat di musim gugur ini karena Washington mengumumkan rencana untuk membeli 60 juta barel minyak mentah guna mengisi kembali persediaan darurat. Namun tanda-tanda melemahnya ekonomi global memicu kekhawatiran permintaan, membatasi kenaikan harga minyak.
Pada Kamis (5/5/2022), bank sentral Inggris memperingatkan Inggris mendapat risiko ganda dari resesi dan inflasi di atas 10 persen. Bank sentral menaikkan suku bunga seperempat poin persentase menjadi 1,0 persen, tertinggi sejak 2009. (*)
Baca Juga:
Uni Eropa Larang Siaran 3 Televisi Rusia