Geger Fenomena Tanah Bergerak Ngarai Sianok, Ini Dia Biang Keladinya!
Senin, 24 November 2025 -
MerahPutih.com - Pagi tadi sekitar pukul 10.00 WIB, puluhan warga di Kelurahan Bukik Cangang Kayu Ramang (BKCR) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar) terpaksa mengungsi akibat adanya laporan aktivitas tanah bergerak dan longsoran di bibir Ngarai Sianok.
Kepada media, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menjelaskan penyebab fenomena tanah bergerak yang menggegerkan warga di kawasan Ngarai Sianok, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
Fenomena itu dipengaruhi kondisi geologi dan morfologi lembah yang curam serta rentan mengalami instabilitas saat dipicu hujan deras maupun getaran gempa.
Baca juga:
Ngarai Sianok Bukittinggi Geger Fenomena Tanah Bergerak, Warga Terpaksa Mengungsi
“Pembentukan morfologi tersebut terjadi akibat erosi kuat pada batuan vulkanik yang dipengaruhi struktur geologi regional,” kata Kepala PVMBG, Hadi Wijaya, kepada media, di Jakarta, dikutip Antara, Senin (24/11).
Menurut Hadi, litologi tebing Ngarai Sianok tersusun batuan piroklastik berupa ignimbrit dan tufa batu apung yang rapuh, berpori, serta mudah jenuh air.
Hadi menambahkan pada bagian dasar lembah juga ditemukan material koluvium dan endapan runtuhan tebing yang memperbesar kerentanan pergerakan tanah.
Kawasan Aktif Patahan Sesar Semangko
Tak hanya itu, PVMBG mencatat kawasan itu berada dalam pengaruh segmen aktif Patahan Besar Sumatera (Sesar Semangko). Aktivitas tektonik dinilai dapat memicu atau memperluas rekahan pada tebing sehingga menurunkan kekompakan batuan.
Berdasarkan peta potensi gerakan tanah PVMBG, kawasan berlereng curam dengan batuan vulkanik lapuk itu masuk kategori kerentanan menengah hingga tinggi.
“Pemukiman yang berada dekat bibir tebing Ngarai Sianok termasuk area yang harus diwaspadai terutama saat hujan intensif,” tandas orang nomor satu di PVMBG itu.
Baca juga:
Rekomendasi PVMBG Ihwal Fenomena Tanah Bergerak Ngarai Sianok
Terkait fenomena tanah bergerak di kawasan wisata terkenal Bukittinggi itu, PVMBG juga mengeluarkan tiga rekomendasi, sebagai berikut:
Mitigasi teknis berupa stabilisasi lereng, pemasangan sistem drainase air permukaan, serta penanaman vegetasi berakar kuat untuk meningkatkan kestabilan tanah.
Masyarakat diminta menghindari aktivitas di bibir tebing saat hujan lebat maupun pascagempa.
Pemda diminta mengatur pemanfaatan ruang, menyiapkan jalur evakuasi, serta menyusun rencana kontingensi bencana berbasis potensi longsor di kawasan wisata tersebut. (*)