Galeri Nasional Indonesia Membuka Pameran MANIFESTO VII 'PANDEMI' Secara Daring
Minggu, 09 Agustus 2020 -
GALERI Nasional Indonesia (Galnas) baru saja membuka pameran MANIFESTO VII 'PANDEMI' pada Sabtu (08/08). Pameran ini merupakan pameran seni rupa kontemporer yang menghadirkan video art bertemakan pandemi.
Pameran daring pertama Galeri Nasional Indonesia dibuka pada 8 Agustus 2020. Pameran MANIFESTO VII 'PANDEMI' membawa 333 karya dari 267 peserta. Kemudian, dipilih lagi sehingga menjadi 217 karya dari 204 peserta video art yang lolos. Pameran ini bertemakan sesuai dengan keadaan dan situasi saat ini, yaitu pandemi.
Baca juga:
Genap Berusia 2 Tahun, JHL Solitaire Berbagi Kebaikan di Tengah Pandemi
Pembukaan pameran dilaksanakan secara daring (online) dengan menggunakan Zoom dan siaran langsung di facebook Galeri Nasional Indonesia. Mereka menghadirkan kepala Galeri Nasional yaitu Pustanto, kurator dari pameran MANIFESTO VII yaitu Rizki A. Zaelani, peserta yang mengikuti pameran tersebut, dan parapegiat seni rupa di tanah air.

Pameran MANIFESTO VII seharusnya diadakan secara offline yang artinya hadir secara fisik dan dipasang di Galeri Nasional. Namun, karena adanya pandemi pameran ini diubah menjadi pameran daring.
Pameran MANIFESTO telah berlangsung selama 12 tahun, tepatnya dari tahun 2008. Setiap dua tahunnya memiliki tema yang berbeda-beda. Tahun ini mereka melihat sesuatu yang baru dari situasi yang terjadi sekarang.
Baca juga:
New Normal, Outfit Perempuan Paling Banyak Diminati di Situs E-Commerce
"Tema yang diangkat adalah 'pandemi' sebagai respon terhadap situasi pandemi COVID-19 yang melanda dunia dan berdampak di berbahai aspek, salah satunya di aspek seni rupa," ungkap Pustanto.

Tema pandemi juga disadari oleh Rizki sebagai tema yang cukup luas. Namun, tema yang diangkat adalah situasi pandemi itu sendiri bukan dari COVID-19. Ia mengungkapkan mereka percaya pandemi COVID-19 tidak hanya isu kesehatan, tapi juga ada isu ekonomi, sosial, dan budaya. Fokusnya pun lebih kepada pandeminya.
Perubahan ini tentunya cukup membuat sulit para kurator karena harus mengganti tema dan konsep. Mereka sebelumnya telah memiliki seniman, tema, dan segalanya yang diperlukan untuk pameran offline. Namun, situasi pandemi ini tidak menutup dan memberhentikan mereka untuk tetap mengadakan pameran.
Pameran ini juga sebagai upaya dari Galeri Nasional untuk meninjau persoalan kedepan bagaimana mereka dapat membayangkan perkembangan seni rupa di saat global pandemi. (May)
Baca juga: