Faktor Pemicu IHSG Anjlok Versi Analis Pasar Modal: Defisit APBN Hingga Tingginya Utang Negara

Selasa, 18 Maret 2025 - Wisnu Cipto

MerahPutih.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan lebih dari 6 persen pada penutupan perdagangan sesi I, Selasa (18/3) siang tadi.

Bahkan, Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) tadi selama hampir 30 menit.

Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus menilai ada sejumlah faktor sentimen kondisi perekonomian di dalam negeri yang memicu anjloknya IHSG hari ini.

"Semua khawatir bahwa risiko fiskal kian mengalami peningkatan di Indonesia yang membuat banyak pelaku pasar dan investor pada akhirnya memutuskan untuk beralih kepada investasi lain yang jauh lebih aman dan memberikan kepastian imbal hasil," kata Nico, sapaan akrabnya dalam keterangan di Jakarta, Selasa (18/3).

Baca juga:

Ketua Banggar DPR Minta KSSK Redam Kepanikan Pasar Imbas IHSG Anjlok

Pertama, dia menyoroti penerimaan Indonesia yang mengalami penurunan hingga 30 persen, yang mengakibatkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melebar. "Sehingga membutuhkan penerbitan utang yang lebih besar dan tentu saja rupiah yang semakin melemah," ujarnya.

Menurut dia, situasi ini dapat menyebabkan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) juga akan lebih sulit untuk mengalami penurunan.

Sentimen lainnya terkait penerimaan pajak domestik yang mengalami penurunan hingga 30,19 persen year on year (yoy) yang hanya senilai Rp 269 triliun, serta defisit APBN yang mencapai Rp 31,2 triliun per Februari 2025.

Baca juga:

IHSG Anjlok dan Perdagangan Dibekukan, OJK Siapkan Berbagai Kebijakan Normalkan Pasar

Terakhir, Nico menyebutkan belanja pemerintah juga turun 7 persen, sehingga utang luar negeri Indonesia pun naik 44.77 persen pada Januari 2025 lalu. "Sehingga saham menjadi tidak menarik, dan mungkin obligasi menjadi pilihan setelah saham," tandas analis pasar modal itu, dikutip Antara. (*)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan