Dampak Kebijakan Trump Bagi Indonesia
Kamis, 10 November 2016 -
Naiknya Donald J. Trump dipastikan akan mengubah banyak hal. Dari ketatnya aturan keimigrasian, kebijakan luar negeri, hingga proteksi perdagangan dalam negeri.
Kepala koresponden The New York Times di Washington David Sanger mengkhawatirkan bahwa sebagai Presiden yang ke 45, Donald Trump akan mengarahkan Amerika Serikat ke era yang asing yang belum pernah terjadi selama 240 tahun sejarah negara itu.
Posisi Trump masih belum jelas untuk sejumlah isu, namun telah secara gamblang memberikan pandangannya tentang sejumlah kebijakan yang secara fundamental akan mengubah arah pemerintahan.
Terhadap Indonesia sendiri kebijakan Trump diperkirakan berdampak pada kunjungan warga Indonesia ke Amerika. Sesuai dengan kebijakan Trump yang berbau rasialis seperti pelarangan orang Islam masuk ke Amerika. Meski kemudian diamandemen sendiri akibat tuduhan rasisme – Trump bisa jadi tetap melarang masuknya pendatang dari daftar negara-negara yang dianggap bermasalah, yang nyaris semua mayoritasnya adalah Muslim.
Kekhawatiran tersebut sudah menghantui warga Indonesia, salah satunya adalah Ibu dari penyanyi Vidi Aldiano. Dalam tweetnya ia mempertanyakan keamanan jika pergi ke Amerika dengan menggunakan Jilbab.
Cuitan Ibunda Vidi Aldiano setelah Trump terpilih sebagai Presiden AS. (twitter.com/@vidialdiano)
Dalam pantauan Sanger pasar uang di luar negeri sempat panik dengan terpilihnya sang konglomerat sebagai Presiden, kekhawatiran bahwa kebijakan Trump akan mengirim negara-negara tersebut ke kondisi ekonomi yang tak menentu yang dipandang investor tak mungkin terjadi 24 jam sebelumnya.
Orang nomor satu di Amerika itu tak pernah membantah bawa ia memang seorang proteksionis, bahwa berkali-kali ia berjanji untuk memberi sanksi perusahaan-perusahaan Amerika yang mensubkan pekerjaan ke luar negeri.
Trump dipastikan akan mewujudkan dihapuskannya Nafta, perjanjian dagang yang digadang-gadang masa Presiden Bill Clinton sebagai langkah pertama dalam mempersatukan negara-negara di belahan barat. Nafta menurut Trump adalah bencana.
Visi Trump, faktanya adalah Amerika harus tak terikat oleh perjanjian dagang yang telah berlangsung setengah abad, bebas mengejar dengan pendekatan nasionalis di mana kesuksesan terukur bukan karena dengan kualitas sekutunya tetapi dengan keuntungan ekonomi yang diperoleh dari setiap transaksinya.
"Kita tidak au dirampok lagi," katanya dalam satu wawancara bulan Maret lalu.
"Kita akan bersahabat dengan semua orang, tapi kami tidak mau dimanfaatkan oleh siapa pun."
Reporter ini mencatat, Indonesia akan terkena dampak kebijakan proteksi perdagangan Donald Trump. Apalagi secara jelas Trump telah menyatakan, bersedia membuka jalur perdagangan ke Amerika, jika ada keuntungan yang bisa ditawarkan bagi negaranya dari setiap transaksi.
Saat ini neraca dagang ekspor Indonesia dengan Amerika, menurut data Kementerian Perdagangan RI hingga Agustus 2016 adalah US $10.527.387,9. Terdiri dari Ekspor Migas US $296.887,1 dan Non Migas yang mencapai US $10,230.500,8.
Trump tidak peduli terhadap banyak kritikan yang mengatakan kebijakannya di bidang imigrasi dan perdagangan bisa menjadikan negaranya terisolasi. Suami model terkenal itu berargumen bahwa ia justru membebaskan Amerika Serikat dari keterikatan aturan Internasional yang tidak menguntungkan negara itu.
“Bukan dikucilkan, tapi Amerika adalah yang pertama,” seru Trump mengulangi faham yang pernah digagas Charles Lindbergh tahun 1930 an.
Donald Trump sudah siap dengan kebijakannya. Bagaimana pemerintah Indonesia menjawabnya? (dsyamil)
BACA JUGA
- Ini Yang Dilakukan Trump 100 Hari Awal Pemerintahannya
- Pemilu Amerika : Trump Mendominasi Florida, North Carolina dan Ohio
- Pemilu Amerika : Trump Nyaris Menguasai Senat
- Pemilihan Presiden Amerika : Trump Sementara Unggul
- Antara Presiden Baru dan Donat
- Seperti Hispanic, Warga Indonesia Juga Berharap Clinton Jadi Presiden