COVID-19 Ganggu Kesuburan Pria
Sabtu, 28 November 2020 -
COVID-19 dapat menyebabkan gangguan pernapasan hingga hilangnya indera perasa dan penciuman. Namun, ditemukan beberapa studi ilmiah terbaru yang mengungkapkan perkembangan virus ini.
Hasil studi ilmiah tersebut menunjukkan COVID-19 dapat memengaruhi kesuburan pria. Tidak hanya itu, studi lain juga menyebutkan perawatan plasma darah tidak memiliki dampak bagi pasien COVID-19.
Baca juga:
6 Fase Pandemi COVID-19 yang Dilewati Sebelum Kembali Traveling
Dilansir dari laman Times Of India, berikut tiga studi baru mengenai virus dari Wuhan ini:
1. Perawatan plasma darah tidak menunjukkan manfaat pada pasien COVID-19

Dalam The New England Journal of Medicine, para peneliti asal Argentina menjelaskan terapi plasma ternyata tidak meningkatkan status kesehatan pasien. Padahal terapi ini dipercaya dapat memberikan antibodi.
Penelitian ini dilakukan dengan memberi plasma darah secara acak ke 333 pasien dengan pneumonia COVID-19 yang sudah parah. Setelah 30 hari, hasil penelitian tersebut menjelaskan tidak ditemukan perbedaan yang signifikan secara statistik pada kesehatan pasien di rumah sakit.
Namun menurut pemimpin studi Dr. Ventura Simonovich dari rumah sakit Italiano de Buenos Aires, masih ada kemungkinan terapi plasma dapat membantu pasien yang melakukan pengobatan lebih awal untuk penyakit mereka.
2. COVID-19 ganggu kesuburan pria

Tim peneliti dari Tiongkok menjelaskan virus Corona dapat berdampak bagi kesuburan pria. Penelitian yang dilakukan pada awal 2020 menemukan beberapa sistem kekebalan pasien COVID-19 menyerang testis dan menyebabkan peradangan parah.
Baca juga:
Tim peneliti tersebut menemukan kerusakan yang signifikan pada bagian dasar testis 12 pria yang meninggal karena virus ini. "Kemungkinan COVID-19 merusak testis dan berdampak pada kesuburan. Kami perlu evaluasi fungsi kelenjar reproduksi pada pria yang terinfeksi, yang telah pulih dan juga yang menginginkan kesuburan," demikian menurut tim peneliti.
3. Mutasi tidak membantu penyebaran virus Corona lebih cepat

Dalam jurnal Nature Communications, para ilmuwan menggunakan kumpulan data global virus 46.723 pasien COVID-19 dari 99 negara. Hasilnya terdapat lebih dari 12.700 mutasi pada virus genetik.
"Untungnya kami menemukan tidak satu pun dari mutasi ini yang membuat COVID-19 menyebar lebih cepat," Kata peneliti Lucy Van Dorp dari Institut Genetika Universitas College London (UCL).
Seorang professor UCL, Francois Balloux menyatakan ada satu mutasi yang disebut sebagai D614G memang meningkatkan penyebaran virus. Ia menambahkan temuannya untuk saat ini tidak menimbulkan ancaman untuk vaksin COVID-19. (scp)
Baca juga: