BNPT Beberkan Dua Strategi Kelompok Radikal Cuci Otak Generasi Milenial
Rabu, 01 September 2021 -
MerahPutih.com - Mahasiswa dan juga para pemuda dianggap rentan terpapar paham radikal dan terorisme. Sehingga ancaman memecah belah bangsa ada di depan mata.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen R. Ahmad Nurwakhid menyebut, ada dua strategi kelompok radikal dalam upaya memecah belah bangsa.
Baca Juga
BNPT Harap Taliban Jangan Dijadikan 'Role Mode' Anak Muda Indonesia
Pertama, kelompok-kelompok itu beusaha untuk mengaburkan, menghilangkan dan menyesatkan sejarah bangsa ini.
"Kedua, mereka berupaya untuk menghancurkan budaya dan kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia ini,” ungkap Ahmad Nurwakhid dalam keteranganya, Rabu (1/9).
Ahmad melanjutkan, cara berikutnya yang dilakukan kelompok radikal untuk memecah belah bangsa yaitu dengan mengadu domba anak bangsa dengan pandangan intoleransi dan isu SARA melalui media social (medsos). Apalagi jika hal tersebut mengatasnamakan agama.
“Kami meyakini bahwa radikalisme dan terorisme mengatasnamakan Islam ini sejatinya adalah proxy untuk menghancurkan Islam dan menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Seluruh elemen masyarakat termasuk adik-adik generasi muda ini harus mewaspadainya,” ujarnya.

Menurutnya, boleh dibilang semua teroris pasti berpaham radikal, bersikap intoleran dan pasti eksklusif. Namun, belum tentu seseorang yang terpapar paham radikal itu otomatis menjadi teroris.
Karena radikalisme terorisme mengatasnamakan Islam dalam konteks di Indonesia adalah gerakan politik yang memanipulasi agama. Tujuannya untuk mengambil kekuasaan dan ingin mengganti ideologi negara dan ideologi atau sistem negara.
"Sebenarnya endingnya, output atau visi misinya sama. Tentunya ini yang harus kita waspadai semua,” ujar mantan Kapolres Jembrana ini.
Untuk itu, alumni Akpol tahun 1989 ini pun mengimbau kepada para generasi muda untuk berhenti mengikuti ustad atau tokoh yang menyebarkan paham radikal dan intoleran baik di lingkungan sosial maupun media sosial.
“Jangan lagi mem-follow ustad ataupun tokoh-tokoh yang berpaham radikal yang suka mengadu domba, memprovokasi yang akhirnya kalian nanti malah terpecah belah," sebut Ahmad.
"Karena sejatinya tidak ada tokoh atapun ustad yang mengajarkan kekerasan, mengadu domba atau memprovokasi bahkan melakukan ujaran kebencian,” ujar mantan Kabagbanops Detasemen Khusus (Densus)88/Anti Teror Polri
Ia juga berpesan kepada para generasi muda untuk selalu ikut berperan serta dalam menangkal radikalisme dan terorisme dengan cara militan.
"Yaitu dengan menangkal sebaran hoax dan propaganda dengan aktif menyebarkan konten persatuan dan toleransi," tutup ujar Kadensus 88/Anti Teror 88, Ditrekrim Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). (Knu)
Baca Juga
Bom Bunuh Diri Bandara Kabul, BNPT: Kita Antisipasi Serangan Serupa di Indonesia