Benarkah Sarung Identik Dengan Umat Muslim?
Jumat, 14 April 2017 -
>Di Indonesia, penggunaan sarung bagi kaum pria untuk ibadah seperti shalat menjadikan busana tradisional ini sangat lekat dengan masyarakat muslim. Padahal jika ditelusuri lebih dalam sarung bukanlah busana yang identik dengan agama tertentu. Di Bali misalnya masyarakat Hindu juga sering memakai sarung untuk kegiatan keagamaan.
>Berdasarkan sejarah, sarung bukanlah busana asli Indonesia melainkan dari negara Timur Tengah tepatnya Yaman. Disana sarung lebih dikenal dengan sebutan futah. Sedangkan di negara-negara Timur Tengah lainya sarung punya sebutan yang berbeda-beda seperti wizaar di Oman atau izaar di Arab Saudi. >Nah, di negara-negara tersebut sarung bukanlah pakaian untuk ibadah seperti sholat. Di Mesir, pakaian ini hanya boleh dipakai saat hendak tidur dan dianggap tidak layak untuk digunakan saat pergi ke masjid atau acara formal. >Hal ini sangat bertentangan dengan kondisi yang ada di Indonesia. Pasalnya, sarung dianggap sebagai pakaian yang memiliki nilai kesopanan tinggi karena sarung biasa digunakan untuk shalat. Selain itu di beberapa daerah sarung juga digunakan sebagai item tambahan di pakaian adat. >
Sarung juga dianggap sebagai bentuk perjuangan melawan budaya barat saat zaman penjajahan Belanda. Alasannya kaum santri adalah masyarakat yang paling konsisten memakai sarung, sedangkan kaum nasionalis abangan hampir meninggalkan sarung.
Bahkan sikap konsisten itu tercermin dari seorang pejuang bernama KH Abdul Wahab Hasbullah yang merupakan tokoh penting Nahdhatul Ulama (NU). Saat itu KH Abdul Wahab Hasbullah diundang ke istana oleh Presiden Soekarno untuk menghadiri upacara kenegaraan, ia datang menggunakan jas tetapi bawahannya sarung.