Begini Kicak Pertama Kali Dibuat

Jumat, 17 Juni 2016 - Noer Ardiansjah

MerahPutih Kuliner - Kicak merupakan menu berbuka khas Ramadhan di Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta. Para pedagang kicak hanya muncul di saat bulan suci bagi umat Islam ini.

Setiap bulan Ramadhan pula, puluhan pedagang kicak meramaikan Pasar Sore Kauman. Di sini, terdapat banyak ukuran kemasan kicak. Namun, rata-rata kicak dijual seharga Rp2.500 hingga Rp3.000 per bungkusnya. Ada yang dibungkus dengan daun pisang dan ada pula yang dibungkus dengan wadah yang terbuat dari plastik.

Bagi warga Kauman, kicak seakan menjadi takjil andalan. Hal ini lantaran kicak berasal dari Kauman. "Yang petama buat dulu orang sini, Mbah Wono namanya," kata Mamat, salah seorang pedagang kicak saat berbincang dengan merahputih.com, Kamis (16/6), di Pasar Sore Kauman, Kota Yogyakarta.


Kicak khas Yogyakarta. (Foto: MerahPutih/Fredy Wansyah)

Mbah Wono di masa mudanya dikenal sebagai orang yang gemar memasak kue. Suatu waktu, tepatnya tahun 1950, Mbah Wono ingin membuat semacam camilan yang mengenyangkan. Lalu dibuatlah camilan dari bahan ketan yang ditumbuk. Kemudian dicampur dengan kelapa dan dibubuhi nangka. Olahan itu lalu dibuat rasa manis, sesuai selera lidah orang Yogyakarta.

Racikan ketan Mbah Wono ternyata disukai keluarga dan tetangganya. Disebutlah racikan itu dengan nama kicak. Hingga kini, kicak selalu menjadi kudapan utama sebagai takjil di saat bulan puasa. "Rasanya pas buat berbuka. Manis. Sampai sekarang ya jadi tradisi di sini," kata Mamat. (Fre)

BACA JUGA:

  1. Kicak, Menu Takjil Khas Masyarakat Jogja
  2. Sosialisasi Gerakan Bandung Disiplin Bagikan Takjil di Jalan
  3. Pemburu Takjil Menyemut di Pasar Lama Tangerang
  4. Mie Glosor, Menu Takjil Khas Kota Bogor
  5. 7 Mitos yang Bisa Membatalkan Puasa

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan