Bantu Keuangan Garuda, Rute 'Gemuk' Jakarta-Yogyakarta Diminta Dibuka Lagi

Rabu, 10 November 2021 - Angga Yudha Pratama

MerahPutih.com - Pengamat Transportasi, Muslich Zainal Asikin meminta kepada PT Garuda Indonesia untuk membuka kembali rute Jakarta-Yogyakarta. Hal ini diyakini dapat memperbaiki masalah keuangan maskapai pelat merah tersebut.

Rute Jakarta-Yogyakarta atau sebaliknya dianggap rute 'gemuk' secara historis dengan tingkat penumpang dan mobilitas sangat tinggi.

"Rute-rute gemuk yang secara historis telah dirintis Garuda, dikembalikan. Seperti rute Yogya Adisucipto ke Halim, beberapa airport yang bersejarah seperti Yogya yang lama, Halim diserahkan sepenuhnya ke Garuda," ucap Muslich kepada MerahPutih.com, Rabu (10/11).

Baca Juga:

DPR Bakal Lakukan Langkah Penyelamatan Garuda Indonesia

Selain itu, Direktorat Jenderal (Dirjen) Perhubungan Udara harus juga ikut campur dalam membantu membangkitkan Garuda disaat situasi kritis.

"Karena sudah terbukti selama ini (Garuda) merupakan perusahaan yang handal, bagus dan pemberi pelayanan yang baik terhadap penumpang, baik nasional maupun internasional," paparnya.

Baca Juga:

Peter Gontha Minta Gajinya sebagai Komisaris Garuda Dihentikan

Sebelumnya, PT Garuda Indonesia telah menyusun strategi untuk dapat memperbaiki keuangan Garuda di masa kritis. Salah satunya optimalisasi network perseroan, yaitu Garuda bakal fokus untuk memberikan fasilitas penerbangan domestik.

"Jadi kami enggak punya lagi rute-rute long hall, misalnya Amsterdam, London semua shutdown. Semua rute seperti Korea juga shutdown kemudian kita hanya akan menyisakan masih ada volume-volume kargo yang memadai," kata Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo

Selain memotong sejumlah rute yang merugikan, Garuda juga akan memangkas jumlah pesawat. Dari 202 jumlah pesawat menurun menjadi 130 pesawat pada 2022.

Baca Juga:

KPK Persilakan Publik Lapor Dugaan Korupsi di PT Garuda Indonesia

Selain itu, Garuda Indonesia juga akan mengurangi jenis pesawat untuk menekan biaya perawatan. Nanti jenis dikurangi dari 13 jenis menjadi hanya 7 jenis.

"Jadi itu salah satu inefisiensi di masa lalu karena pesawatnya macam macam, kalau airline bagus itu ada 2-3 jenis pesawat ya. Nah ini Garuda Indoesia ada 777, 737, ada A320, A330, ada CRZ, ada ATR 45, ATR75 jadi memang banyak sekali jadi itu membuat kompleksitas dari pengelolaan maintenance-nya sehingga coast per seat-nya mahal," terangnya. (Asp)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan