Bagaimana Provider Telekomunikasi Mempersiapkan Diri Menghadapi Revolusi 5G?

Selasa, 22 Oktober 2019 - Ikhsan Aryo Digdo

JARINGAN 5G membuat seluruh dunia berlomba-lomba menjadi yang terdepan dalam konektivitasnya. Teknologi ini menjanjikan peningkatan kecepatan lebih dari 20 kali lipat dibandingkan jaringan sebelumnya. Sehingga membuka begitu banyak potensi dari teknologi yang akan datang seperti cloud gaming, peralatan rumah tangga pintar, dan kendaraan swakemudi.

Menurut Direktur Regional Asia Tenggara Nexign, Andrew Tan, membangun jaringan 5G membutuhkan investasi yang lebih besar bagi para penyedia telekomunikasi untuk membangun infrastruktur yang memadai. "Tak sekadar menumpuk jaringan 5G di atas infrastruktur 4G yang malahan membatasi kecepatan dan sederet kemampuan yang ditawarkan 5G," ujarnya sebagaimana tertulis di berita pers yang diterima merahputih.com.

Baca juga:

Telkomsel Siap Hadirkan Teknologi 5G Pertama di Indonesia

Seiring revolusi 5G, operator telekomunikasi regional harus menentukan cara menyesuaikan diri. Banyak yang berpendapat bahwa sekarang adalah waktu yang paling tepat untuk berubah dari penyedia telekomunikasi tradisional (CSP) menjadi penyedia layanan digital (DSP).

Munculnya teknologi transformasional selalu membuka peluang bisnis bagi ekosistemnya. "Perlu diingat, monetisasi inovasi tersebut bisa bermasalah jika tidak memiliki sistem dukungan bisnis (BSS) yang tepat," tambahnya.

Lalu karena ini adalah eranya digital native, menghubungkan seluruh infrastruktur Anda dengan pengguna secara mudah dan nyaman adalah cara terbaik untuk mengemas penawaran user experience (UX).

1. Internet of Things

Internet of Things Jaringan 5G
IoT memungkinkan berbagai macam organisasi untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan secara real time(Foto: Pexels/tranmautritam)

Internet of Things (IoT) memungkinkan berbagai macam organisasi seperti maskapai penerbangan, agrikultur, dan pergudangan untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan secara real time. Rendahnya latensi 5G sangat menjanjikan untuk mendukung sistem sedemikian rupa. "Tapi tidak cukup hanya dengan sistem dukungan bisnis (BSS) yang fasih Internet of Things, yang mengerti apa dan bagaimana suatu elemen didistribusikan," kata Tan.

2. Kerja sama dengan Mitra Penyedia Layanan

Layanan Jaringan 5G
Konsumen melek digital merupakan basis pelanggan baru (Foto: Pexels/Adrienn)

Untuk bersaing di Era Konten, konsumen yang melek digital nan penuh tuntutan adalah basis pelanggan baru. Untuk menawarkan layanan terpadu yang mereka inginkan, para DSP harus mencari mitra penyedia layanan aplikasi (ASPs) dan penyedia layanan over-the-top (OTT)—sehingga mereka dapat menyediakan pengalaman 5G yang kaya.

Melalui integrasi dengan service-capability exposure function (SCEF), solusi BSS harus mampu memungkinan penyedia konten untuk menciptakan paket layanan baru untuk pelanggan seketika mitra membutuhkannya serta memiliki kendali penuh atas distribusi konten tersebut.

Baca juga:

Siapkah Indonesia Beralih ke Jaringan 5G?

3. Pengganti legacy Wi-Fi

Legacy Wifi 5G
Koneksi yang cepat membuat pengguna jaringan 5G jadi jarang menggunakan Wi-FI (Foto: Pexels/P C)

Ketika pangsa pasar ditentukan oleh layanan kabel dan layanan seluler, para DSP perlu memikirkan ulang pembagiannya untuk bisnis mereka. Jika akses seluler dengan 5G memberi koneksi yang sangat cepat dan stabil, para pelanggan akan lebih jarang menggunakan Wi-Fi atau broadband di rumah.

"Di sini, BSS pilihan Anda harus mampu memberi pilihan untuk merancang model biaya penggunaan baru," tuturnya.

4. Pengelolaan Langganan eSIM

Langganan eSIM 5G
5G akan meratakan penyebaran eSIM (Foto: Pexels/Silvie Lindemann)

Meskipun jaringan dan perangkat eSIM (SIM tanam) belum tersebar secara merata, perubahan akan datang dan 5G bisa mempercepat hal itu. Menggunakan eSIM dan mengatur pelanggan serta perangkat tidak hanya membutuhkan BSS yang fleksibel. Tapi juga kerjasama dan interoperabilitas antarpelaku industri pasar telekomunikasi global.

Layaknya revolusi pada umumnya, revolusi 5G tidak dapat dihindarkan. "Hal ini hanya akan menguntungkan bagi yang tanggap atas celah integrasi di organisasi mereka lalu menyesuaikan BSS-nya supaya siap menyambut peluang-peluang di masa depan," pungkas Tan. (ikh)

Baca juga:

Mengenal Teknologi 5G yang akan Diluncurkan Akhir 2019

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan