Apa Benar Pandemi Jadi Penghalang Jomlo +62 Menjalin Cinta?
Selasa, 08 Februari 2022 -
PANDEMI membuat orang membatasi mobilitas fisik. Demi memutus mata rantai penyebaran COVID-19, pemerintah mengimbau masyarakat melakukan pembatasan kegiatan non-esensial di luar rumah. Apalagi kini kasus harian COVID-19 sedang meninggi di beberapa tempat.
Baca juga:
Efek Cuanlove Pertunangan Jonanthan Natakusuma dan Jesicca Tanoesoedibjo
Di masa awal pandemi, banyak sektor terkena dampak akibat penerapan pembatasan sosial. Ekonomi lesu karena tak sedikit suplai terganggu apalagi pembeli tak cukup punya uang akibat gajinya dipangkas atau dirumahkan.
Bagaimana dengan urusan asmara? Mula-mula banyak orang kikuk harus berjumpa secara daring dengan pasangan meski rumah mereka berdekatan. Hubungan asmara mereka bak orang sedang Long Distance Relationship (LDR).

Kondisi ingin merasa terhubung dengan orang dicinta memang jadi urusan serius di masa pandemi. Beberapa kegiatan biasa jadi sarana berkumpul bersama keluarga terpaksa ditunda. Rasa kangen ingin bertemu luring dengan orang dicinta membuncah.
Baca juga:
Pencinta Gorengan Tak Perlu Panic Buying Memborong Minyak Goreng
Bahkan, jomlo pun justru semakin ingin memiliki hubungan percintaan di masa pandemi. Dari 640 jomlo di Indonesia, menurut survei aplikasi kencan daring berbasis di Singapura Lunch Actually, sebanyak 73 persen di antara mereka ingin punya hubungan serius, dan 83 persen menyatakan keinginan untuk menikah.
Namun, lanjut surevi bertajuk Lunch Actually Annual Dating Survey 2021, sebanyak 24 persen mengakui pandemi menjadi penghalang bagi mereka menjalin hubungan asmara.

“Tahun 2021, kasus COVID-19 masih meningkat dan jomlo mengalami ketidakpastian dan perubahan, sehingga berimbas ke kehidupan kencan mereka. Survey menunjukkan 64% merasa ragu untuk berkencan lagi,” ujar Violet Lim, CEO dan Co-Founder Lunch Actually.
Pandemi di sisi lain mengubah cara para jomlo memulai hubungan dengan orang baru melalui sarana kencan daring. Sekira 54 persen jomlo +62 mencoba atau menjajaki kencan vitual.
Tak terhubung dengan orang tercinta, termasuk menjadi jomlo di masa pandemi ikut pula mempengaruhi kesehatan mental. Sebanyak 30 persen responden menyatakan kondisi kesehatan mentalnya memburuk dibanding tahun sebelumnya. Jika ditelisik, responden perempuan lebih buruk kondisi kesehatan mentalnya (33%) dibandingkan lelaki (26%).

Terhubung dengan orang tercinta menjadi kekuatan di masa pandemi. (Foto: Pexels/Eren Li)
Tiga faktor menyebabkan kesehatan mental mereka memburuk, antara lain tidak dapat bepergian dengan bebas (21%), kehilangan orang tersayang (20%), dan kehilangan pekerjaan (14%). Meski faktor tak bisa bepergian dengan bebas menjadi pemuncak, tak bisa pula dipungkiri kehilangan orang tersayang menyebabkan kesedihan mendalam.
Dengan begitu, terhubung dengan orang tercinta menjadi isu penting di masa pandemi.
“Kami mengerti kondisi dialami jomlo, apalagi adanya pembatasan selama 1 tahun terakhir, namun kami mendorong para jomlo harus melalui tantangan ini karena bertemu orang baru saat berkencan jadi langkah pertama untuk menemukan pasangan hidup,” tambah Violet Lim. (*)
Baca juga: