Warga +62 Bicara Cuanlove


BANYAK anak cinta banyak rezeki. Masa sih? Tentu saja jika rezeki masih diartikan sebatas uang maka ujaran tersebut enggak aktual. Sebab, gimana cinta bisa mendatangkan uang?
Bukan kah rumus paling masuk akal kerja, kerja, kerja, tipes baru bisa beroleh cuan. Artinya, enggak cukup cuma modal cinta kan!
Eits, nanti dulu. Memang di era serbatransaksional dibutuhkan uang bukan saja sebagai alat tukar tapi lebih jauh diposisikan sebagai sumber kebahagiaan, pertentangan, atau malah kesengsaraan.
Namun, apakah di dalam kerja, kerja, kerja berarti sama sekali tak ada cinta? Mana mungkin jika hanya tujuannya cuan seorang penjual es dawet di daerah Klaten menolak diborong daganganya karena khawatir pembeli lainnya, padahal belum tentu ada, nanti tak kebagian.
Justru menolak diborong hingga ludes merupakan bentuk kecintaannya terhadap laku atau perannya jadi penjual es dawet. Ukurannya tak semata cuan. Ia tetap manusia utuh bukan objek terprogram demi menghasilkan pundi-pundi.
Apalagi bagi kebanyakan Generasi Z memasang ancang-ancang mau bekerja sesuai passion jadi prioritasnya. Mereka lebih dahulu mengejar kesukaan, bisa dari hobi, lalu mulai menggeluti mendalam, kemudian pelan-pelan menghasilkan, dan selanjutnya jadi karier.
Bisa jadi kemonceran karier seseorang, selain kerja kerasnya, didorong pula dari doa orang tercintanya di tiap ibadah. Maka, cinta dan rezeki ibarat lingkaran kebaikan tak terputus. Banyak cinta, banyak doa, lalu banyak pintu rezeki terbuka.
Tak heran jika di perayaan penting keagamaan selalu ada momen berkumpul bersama keluarga. Termasuk Imlek. Selain mempererat hubungan, berkumpul bersama orang tercinta jadi energi baik bagi sesama. Dari situ doa berkumandang memohon dianugerahi kesehatan, kemuliaan, keberkahan, dan limpahan rezeki.
Apalagi di masa pandemi berkumpul sekeluarga jadi momen istimewa. Pandemi mengajarkan arti penting keluarga. Survei Jakpat berkait resolusi tahun 2022 mencatat angka 33 persen responden ingin punya lebih banyak quality time bersama keluarga.
Arti keluarga benar-benar coba dimaknai ulang di masa pandemi. Catatan Jakpat juga menangkap tren Generasi Z usia 25-29 menaruh keinginan menikah di tahun 2022 sebanyak 36 persen. Mereka ingin segera mengarungi pandemi bersama orang tercinta tiap harinya di rumah.
Di bulan penuh cinta bertepatan perayaan Imlek dan Valentine, Meraputih.com mengetengahkan tema CUANLOVE sebagai bagian integral lingkaran tak tepisahkan antara cinta dan rezeki. CUANLOVE dihadirkan sebagai lonceng pengingat tentang hidup tak mesti tentang CUNALIVE tetapi harus diimbangi dengan CUANLOVE.
Mencari cuan memang penting tapi tanpa cinta buat apa? Justru kecintaan mendorong seseorang makin giat bikin karya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karya atas dasar cinta lagi-lagi memberi energi kebaikan kepada banyak orang sehingga jauh lebih bermakna.
Selama sebulan penuh, Merahputih.com akan menyajikan artikel berkait cara khas Warga +62 mencari cinta dan rezeki di era digital. Cara Generasi Z mencari rezeki di era digital sungguh jauh berbeda dibanding generasi sebelumnya. Begitu pula berkait cinta. Uniknya seluk-beluk tersebut akan tersaji lengkap di dalam artikel.
ONE LOVE, CUNALOVE. (*)