Alasan Publik Rindukan Figur Soeharto
Senin, 29 Desember 2014 -
MerahPutih Nasional- Pemikir Politik dan Sosial Puspol Indonesia, Ubedilah Badrun menilai kerinduan publik terhadap sosok mendiang Presiden RI kedua Soeharto dipicu karena realitas ekonomi dan politik yang stabil dimasa lampau.
"Selain itu kerinduan publik juga karena Presiden Soeharto tidak menunjukkan politik secara vulgar," kata analis politik yang akrab disapa Ubed saat dihubungi merahputih.com, Jakarta, Senin (29/12).
Ubed yang juga mentan aktivis pergerakan 1998 dan tergabung dalam Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ) menambahkan, pemerintahan baru pasca reformasi hingga kini telah gagal menjadi antitesis rezim kekuasaan Presiden Seoahrto.
"Hal tersebut diperkuat dengan fakta ekonomi-politik yang tidak juga membaik," sambung Ubed.
Masih kata Ubed, stabilitas politik yang dibangun Presiden Soeharto dibangun dengan harga mahal. Mulai dari pembungkaman kelompok kritis, kepemimpinan yang dikatator, hingga tindakan kekerasan yang berujung pada pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di masa lampau.
"Publik tidak melihat soal ini. Mereka hanya berfikir soal stabilitas politik-ekonomi semata," katanya menegaskan.
Ubed yang juga dosen di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menambahkan, kerinduan akan sosok Presiden Soeharto bisa semakin menguat tatkala pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-Kalla) tidak bisa menunjukkan kepemimpinan kuat, mengayomi rakyat dan berpihak kepada kepentingan rakyat.
Sebaliknya jika rezim Jokowi-Kalla sanggup menorehkan prestasi, menjadikan bangsa Indonesia kuat, adil, sejahtera dan mandiri secara ekonomi. Maka kerinduan akan sosok Presiden Soeharto kian hari semakin terkikis dan hilang.
"Jadi saat ini kuncinya ada di rezim Jokowi-Kalla," tandas Ubed. (BHD)