Bikin Sayur Jadi Menu Menarik buat si Kecil
Jumat, 19 Maret 2021 -
DI mata si kecil, sayuran tampaknya jadi bagian makanan yang tidak diinginkan di piring. Karena rasanya yang dianggap tidak enak, sayur kerap hanya didiamkan di mulut dan berujung dimuntahkan. Tak jarang orangtua menghadapi anak yang pemilih untuk urusan makanan.
Kepada ANTARA, ahli gizi Luciana B Sutanto mengatakan setidaknya harus ada 30% sayur mayur dan buah dalam sepiring makan.
“Pilih sayur pertama untuk anak yang agak manis, dimasak matang agar rasanya enak dan empuk,” kata dokter spesialis gizi klinik dan President of Indonesian Nutrition Association (INA) itu.
Kalau sudah punya kesan pertama yang buruk terhadap sayuran, anak akan lebih sulit untuk dibujuk memakan sayur di kemudian hari. Oleh karena itu, orangtua harus pintar-pintar memilih jenis sayuran yang bakal disukai.
Baca juga:
Hati-Hati! 5 Sayuran ini Justru Bisa Berefek Buruk untuk Tubuh

Misalnya wortel yang kaya akan vitamin A dan membantu menjaga kekebalan tubuh atau labu yang pada dasarnya berbahan lembut cocok untuk makanan pertama anak. Orangtua juga bisa mengolah ubi yang mengandung serat, vitamin C, dan vitamin B6. Jangan lupa untuk membuat teksturnya benar-benar halus dan buang kulitnya sebelum diberikan kepada anak.
Untuk anak yang sudah mulai beranjak besar, tapi masih antimelihat sayuran, orangtua dapat mengakalinya dengan mencincang atau memarut sayuran dan menyelipkannya ke dalam isi piring. Cara itu diterapkan oleh aktris Alyssa Soebandono dalam menghadapi anaknya.
Semenjak memberikan makanan pendamping ASI untuk buah hati, ia selalu berupaya memasak menu variatif agar anak tidak bosan. Untuk menyiasatinya, Alyssa biasanya mencincang sayur lalu menyelipkan ke makanan buah hati, seperti bakso, bola nasi, atau kentang tumbuk.
Baca juga:

Memberi asupan gizi yang seimbang unuk anak terutama pada usia lima tahun pertama merupakan hal krusial. Nutrisi yang tidak tercapai membuat pertumbuhan buah hati jadi tidak optimal.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8% atau sekitar 7 juta balita menderita stunting ketimbang pada 2013 yang mencapai 37,2%. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalnesi stunting tertinggi di Asia pada 2017, yakni mencapai 36,4%. (and)
Baca juga: