3 Pilar Pencegahan Diabetes yang Kerap Terabaikan
Kamis, 28 November 2024 -
MerahPutih.com - Dokter Spesialis Saraf Rizaldy Pinzon mengatakan bahwa ada tiga pilar pencegahan diabetes yang terabaikan. Hal ini membuat kasus diabetes terus bergulir, dimana Indonesia menjadi salah satu dari 10 negara dengan kasus diabetes tertinggi di dunia.
Dalam sesi tanya jawab diskusi 'Neuropati Perifer (PN) & Kekurangan Vitamin B dalam Diabetes & Pra-Diabetes', yang berlangsung Rabu (27/11), Rizaldy mengatakan bahwa sebetulnya penanganan diabetes terdiri dari lima pilar.
"Kita sebetulnya punya sistematika penanganan diabetes. Pertama pendidikan, perubahan gaya hidup (diet, kontrol gula darah), latihan, dan pengobatan," kata dia saat ditanya bagaimana langkah preventif diabetes.
Namun kata Rizaldy, tenaga kesehatan melupakan tiga pilar manajemen diabetes. Yaitu pendidikan, perubahan gaya hidup, dan latihan.
"Dan akhirnya kita terus datang ke pengobatan, " kata dia.
Baca juga:
Kopi dan Teh, Minuman Berkafein untuk Cegah Penyakit Jantung dan Diabetes
Dalam diskusi, dipaparkan bahwa data penderita diabetes di Indonesia mencapai 19,5 juta orang. Ia memperkirakan Indonesia akan jadi negara terbanyak penderita diabetes dewasa tahun 2045.
Diskusi yang berlangsung menghasilkan beberapa rekomendasi upaya kolaboratif meningkatkan pengelolaan dan pengobatan. Ada lima rekomendasi yang bunyinya sebagai berikut:
Pertama, masyarakat dan pengasuh perlu waspada terhadap tanda dan gejala serta mendengarkan apa yang disampaikan oleh saraf mereka.
Kedua, jika mengalami gejala seperti kesemutan atau mati rasa, mereka harus mendiskusikan hal ini dengan penyedia layanan kesehatan dan memanfaatkan alat skrining mandiri seperti Neurometer.
Ketiga, dokter umum dapat memainkan peran penting dalam mengenali Neuropati Periferal pada pasien diabetes dengan mengajukan pertanyaan yang tepat dan melakukan tes diagnostik sederhana untuk mengurangi rasa sakit serta mencegah ulkus kaki dan amputasi.
Kempat, mengingat beberapa pasien mungkin kesulitan dalam menggambarkan gejala mereka, penyelidikan proaktif oleh tenaga medis untuk mencari karakteristik Neuropati Periferal seperti mati rasa, kesemutan, sensasi tertusuk jarum, rasa sakit seperti ditusuk atau disetrum bisa menjadi langkah awal yang baik.
Baca juga:
Terakhir, apoteker sering kali menjadi titik kontak pertama dan dapat mendorong kesadaran kondisi secara dini, memberikan panduan tentang perubahan gaya hidup, serta membantu mengoptimalkan regimen pengobatan.
Apoteker juga dapat merekomendasikan pengobatan bebas (misalnya, dosis terapeutik vitamin Neurotropik B) untuk meredakan gejala Neuropati Perifer. (Tka)