Setelah Deflasi di Februari, BI Proyeksi Bulan Maret Alami Inflasi


Pasar. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi Maret akan mencapai 0,48 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Inflasi ini disumbang oleh kenaikan harga cabai merah.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan, perkiraan tersebut berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu kedua Maret 2022 yang mencerminkan perkembangan harga tetap terkendali.
Baca Juga:
Harga Pangan Mulai Naik Gegara Perang, Jokowi: Inflasi Kita 2,2 Persen Masih Terkendali
Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Maret 2022 sebesar 1,04 persen secara tahun kalender (year to date/ytd) dan 2,48 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).
Ia menuturkan, penyumbang utama inflasi Maret 2022 sampai dengan minggu kedua yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,09 persen (mtm) dan emas perhiasan sebesar 0,05 persen (mtm).
Kemudian penyumbang utama inflasi lainnya yakni cabai rawit, telur ayam ras, dan bahan bakar rumah tangga masing-masing sebesar 0,04 persen (mtm), daging ayam ras, tempe, dan sabun detergen bubuk/cair masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm), bawang merah, tahu mentah, dan daging sapi masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), serta jeruk dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Sementara itu komoditas yang mengalami deflasi yaitu minyak goreng sebesar 0,05 persen (mtm) dan tomat sebesar 0,01 persen (mtm).
BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.

Selain itu langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh juga akan dilakukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.
Pada Februari 2022 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,24. Dari 90 kota IHK, 53 kota mengalami deflasi dan 37 kota mengalami inflasi.
Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,84 persen serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen.
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Februari) 2022 sebesar 0,54 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Februari 2022 terhadap Februari 2021) sebesar 2,06 persen. (Asp)
Baca Juga:
Akibat Perang dan Sanksi Dunia, Inflasi di Rusia Meningkat 20 Persen
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
BI Pangkas Suku Bunga, Perbankan Diminta Lebih Giat Salurkan Kredit untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Masih Dalam Tren Melambat, Pertumbuhan Ekonomi Dunia Masih Akan Rendah

Suku Bunga Acuan Kembali Dipangkas 25 Basis Poin, Ekonomi Masih Melemah

Alasan Bitcoin Jadi Solusi Investasi Menarik di Tengah Ancaman Inflasi

Enam Bank Himbara Dapat Kucuran Dana Rp 200 Triliun, Menkeu Minta Jangan Dibelikan SRBI atau SBN

Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno

Biar Rakyat Senang Saat Belanja, Mendagri Perintahkan Daerah Tahan Inflasi Maksimal di 3,5 Persen

Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah

BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5 Persen, Rupiah Sulit Untuk Turun ke Rp 16.000 per Dollar AS

Bank Indonesia Ungkap Fakta Mengejutkan di Balik Utang Luar Negeri yang Tumbuh Melambat
