ODP dan PDP yang Meninggal Tidak Dihitung Dalam Jumlah Pasien Corona

Eddy FloEddy Flo - Kamis, 23 April 2020
 ODP dan PDP yang Meninggal Tidak Dihitung Dalam Jumlah Pasien Corona

Jubir Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto (Foto: antaranews)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.Com - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan bahwa Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang meninggal namun belum dikonfirmasi positif tidak dihitung dalam pasien yang meninggal karena virus corona.

"Apabila kasus kematian ini telah terkonfirmasi dari hasil tes antigen dengan PCR yang sampelnya diambil sebelum meninggal, maka kematian tersebut akan dicatat sebagai kematian kasus konfirmasi positif COVID-19," kata Yuri di BNPB, Jakarta, Kamis (23/4).

Baca Juga:

Strategi Penanganan COVID-19 Melalui Pengembangan Vaksin dan Obat Herbal

Namun, apabila hasil tes menyatakan bahwa pasien tersebut negatif COVID-19 atau tidak sempat diambil spesimennya sebelum meninggal, maka kasus kematian tersebut tidak dicatat sebagai kasus meninggal dunia terkait infeksi virus corona.

"Pada kasus PDP yang meninggal dan belum terkonfirmasi hasil laboratoriumnya karena belum diambil sampelnya atau pemeriksaan belum selesai, maka tata laksana pemulasaran jenazah dan pemakaman hendaknya sudah mengantisipasi kemungkinan positif COVID-19," tambahnya.

Jubir Corona Achmad Yurianto sebut PDP dan ODP tidak termasuk dalam pasien corona
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto (Foto: antaranews)

Hal harus dilakukan sebagai bentuk upaya perlindungan petugas pemulasaran jenazah, keluarga, dan petugas pemakaman.

Ia mengungkapkan selama ini pemerintah mengedepankan pencatatan data kasus virus corona di Indonesia secara efektif, detail, baik, dan transparan.

Pencatatan data kasus virus corona ini berasal dari hasil pemeriksaan laboratorium antigen dengan real time PCR.

"Basis data yang sudah dikonfirmasi lewat hasil laboraturium pemeriksaan antigen real PCR ini yang digunakan untuk menyusun data kasus sembuh karena COVID-19. Ini yang dilaporkan setiap hari," ungkap Yuri.

Jika pasien meninggal setelah diambil sampelnya lewat antigen dan PCR, maka kasusnya akan dicatatkan sebagai konfirmasi positif COVID-19.

Sedangkan bila hasilnya negatif sebelum diambil spesimennya lalu meninggal, maka ia dicatatkan bukan karena COVID-19.

Sedangkan kasus PDP yang meninggal dan belum terkonfirmasi hasil laboratorium pemeriksaannya, maka ia akan dimakamkan dengan protokol COVID-19.

"Kami memaklumi ada beberapa kasus kematian ODP atau PDP, apabila kasus kematian telah terkonfirmasi positif lewat antigen PCR yang sampelnya diambil sebelum meninggal, maka kematian akan dicatat sebagai kematian kasus konfirmasi positif COVID-19," tuturnya.

Yuri pun menegaskan pemerintah tidak ada kepentingan apa pun dalam menyampaikan data kasus virus corona di Indonesia

Maka dari itu, ia meminta pemahaman seluruh masyarakat agar tak selalu pasien yang meninggal dicatatkan sebagai positif COVID-19.

Baca Juga:

Simalakama COVID-19 Jadi Ujian Berat Presiden Jokowi

"Pemerintah tidak berkepentingan dan tak dapatkan keuntungan apa pun dengan manipulasi data. Sebaliknya, akan merugikan dan kacaukan kerja keras kita," jelas Yuri.

Ia menuturkan data kasus virus corona dibangun secara berjenjang dan terstruktur dari tingkatan terkecil, seperti desa, lalu ke rumah sakit, dinas kesehatan kota/kabupaten, dinkes provinsi, lalu ke Kemenkes.

"Kemenkes dan Gugus Tugas Nasional berterima kasih kepada organisasi profesi, para pakar, dan perguruan tinggi yang terus membantu untuk membangun sistem data, yang akan menjadi bahan komunikasi yang efektif, detail, baik, dan transparan ke semua pihak," tutupnya.(Knu)

Baca Juga:

[HOAKS atau FAKTA]: Semua Pasien Positif Corona di Padang Sembuh

#Virus Corona #Pasien Corona #Achmad Yurianto #Kementerian Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian

Berita Terkait

Indonesia
Kurikulum Baru untuk Bidan Diluncurkan, Kado untuk Hari Bidan Nasional 2025
Hari Bidan Nasional 2025 jadi momen refleksi perjuangan bidan Indonesia. Kurikulum baru diluncurkan untuk memperkuat peran mereka dalam menekan angka kematian ibu dan bayi.
Hendaru Tri Hanggoro - Selasa, 24 Juni 2025
Kurikulum Baru untuk Bidan Diluncurkan, Kado untuk Hari Bidan Nasional 2025
Indonesia
Gerakan Berhenti Merokok Prioritaskan Turunnya Angka Perokok Pemula di Indonesia
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dari tahun ke tahun menunjukkan usia anak yang merokok mengalami percepatan usia.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 14 Juni 2025
Gerakan Berhenti Merokok Prioritaskan Turunnya Angka Perokok Pemula di Indonesia
Indonesia
Fase Pemulangan Haji Dimulai, DPR Minta Kemenkes Awasi Kesehatan Jemaah
Fase pemulangan haji Indonesia sudah dimulai. DPR pun meminta Kemenkes untuk mengawasi kesehatan jemaah.
Soffi Amira - Kamis, 12 Juni 2025
Fase Pemulangan Haji Dimulai, DPR Minta Kemenkes Awasi Kesehatan Jemaah
Indonesia
COVID-19 Mulai Melonjak Lagi: Dari 100 Orang Dites, Sebagian Terindikasi Positif
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) meminta masyarakat meningkatkan protokol kesehatan yang pernah dilakukan pada musim pandemi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 03 Juni 2025
COVID-19 Mulai Melonjak Lagi: Dari 100 Orang Dites, Sebagian Terindikasi Positif
Indonesia
Terjadi Peningkatan Kasus COVID-19 di Negara Tetangga, Dinkes DKI Monitoring Rutin
Dinkes DKI melakukan sejumlah langkah preventif untuk melindungi masyarakat dari potensi penularan COVID-19.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 03 Juni 2025
Terjadi Peningkatan Kasus COVID-19 di Negara Tetangga, Dinkes DKI Monitoring Rutin
Lifestyle
Waspada Varian COVID-19 XEC dan JN.1: Begini Perbandingan Tingkat Keparahannya
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia baru-baru ini mengeluarkan Surat Edaran (SE) sebagai langkah antisipasi terhadap peningkatan kasus COVID-19 yang terjadi di beberapa negara Asia, yaitu Thailand, Hongkong, Malaysia, dan Singapura.
ImanK - Sabtu, 31 Mei 2025
Waspada Varian COVID-19 XEC dan JN.1: Begini Perbandingan Tingkat Keparahannya
Indonesia
Kemenkes Keluarkan SE Kewaspadaan COVID-19 Buntut Kasus Negara Tetangga Naik
COVID-19 menunjukkan peningkatan di beberapa negara di kawasan Asia, yaitu Thailand, Hongkong, Malaysia maupun Singapura.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 31 Mei 2025
Kemenkes Keluarkan SE Kewaspadaan COVID-19 Buntut Kasus Negara Tetangga Naik
Indonesia
Kemenkes Diminta Perbaiki Komunikasi dengan Organisasi Profesi
Menurutnya, mempertahankan situasi komunikasi yang buruk hanya akan menimbulkan polemik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Mei 2025
Kemenkes Diminta Perbaiki Komunikasi dengan Organisasi Profesi
Indonesia
Pemanfaatan Ganja Medis di Indonesia, BNN: Perlu Kajian dan Riset Mendalam untuk Pengobatan
Kepala BNN Marthinus Hukom mengatakan riset menjadi prioritas jika ganja medis ingin diterapkan di Indonesia.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 05 Mei 2025
Pemanfaatan Ganja Medis di Indonesia, BNN: Perlu Kajian dan Riset Mendalam untuk Pengobatan
Indonesia
Maraknya Kasus Pelecehan Seksual oleh Dokter, Wamenkes Sebut akan Terapkan Tes MMPI saat Proses Seleksi
Kasus pelecehan seksual oleh dokter kian marak. Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono mengatakan, bahwa ada penerapan tes MMTI dalam proses seleksi.
Soffi Amira - Sabtu, 19 April 2025
Maraknya Kasus Pelecehan Seksual oleh Dokter, Wamenkes Sebut akan Terapkan Tes MMPI saat Proses Seleksi
Bagikan