Mata Uang Lokal Jadi Transaksi Bilateral Pemulihan Ekonomi Global
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam agenda Finance Track Main & Side Event February Series G20 secara virtual, Rabu (16/2). Foto: MP/Asropih
MerahPutih.com - Presidensi G20 Indonesia menjadi momentum untuk mendorong mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) menjadi transaksi bilateral dalam pemulihan ekonomi global.
"LCS antar negara relevan dalam agenda G20 di jalur keuangan yang merupakan exit strategy untuk mendukung pemulihan, diharapkan stabilitas makro akan semakin kuat dan berkelanjutan, tidak hanya masing-masing negara tetapi secara global," ujar Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam agenda Finance Track Main & Side Event February Series G20 secara virtual, Rabu (16/2).
Baca Juga
Jabar Jadi Tuan Rumah Forum Internasional G20, Berikut Tiga Agendanya
Tujuan dari LCS ini, dimaksudkan agar dunia tidak perlu lagi bergantung kepada mata uang Dolar AS. Sehingga, ketika dunia usaha ingin melakukan aktivitas ekspor impor, maka tidak perlu lagi menukarkan uang ke dolar AS.
"LCS untuk mengurangi hubungan dalam satu mata uang tunggal terutama dolar AS. Hal ini diharapkan semakin stabilnya hubungan perdagangan dan investasi antar negara termasuk Indonesia dengan negara ASEAN," paparnya.
Menteri Sri beranggapan, penggunaan mata uang lokal akan memberikan manfaat yang cukup besar dalam perekonomian suatu negara.
"Diharapkan stabilitas makro akan semakin kuat dan berkelanjutan, tidak hanya masing-masing negara tetapi secara global," ucapnya.
Baca Juga
Menteri Airlangga Singgung Gelombang Omicron dalam Forum G20
Oleh karena itu, pemerintah telah memasukkan pembahasan mengenai perluasan kerja sama mata uang lokal ke dalam agenda global KTT G20.
Dengan LCS ini biaya transaksi bisa lebih rendah karena transaksi perdagangan tidak perlu tidak perlu mengubah mata uang menjadi dolar AS.
Kesepakatan LCS antara Indonesia dengan Jepang, Thailand dan Malaysia sudah berjalan lebih dulu. Pengusaha cukup banyak yang memanfaatkan hal tersebut. Terbaru adalah dengan Tiongkok.
"Ini juga dapat menciptakan jaring pengaman keuangan untuk transaksi keuangan antar negara dan mengurangi risiko kerentanan akibat goncangan ekonomi global yang menyebabkan ketidakstabilan keuangan," pungkasnya. (Asp)
Baca Juga
Anggota G20 Didorong Tunjukkan Kepempimpinan Dukung Pemulihan Ekonomi Dunia
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Redenominasi Rupiah, Syarat Wajibnya: Ekonomi Stabil dan Adanya Aturan Perundang-Undangan
Sidak di Surabaya, Menkeu Purbaya Temukan Barang Impor Rp 100 Ribu Bernilai Rp 50 Juta
[HOAKS atau FAKTA] Luhut Kasih Peringatan Keras untuk Menkeu Purbaya: Jangan Sombong kalau Berbicara, Harus Tiru Jokowi!
[HOAKS atau FAKTA] : Kabar Gembira dari Menkeu Purbaya, Pemerintah akan Lunasi Utang Rakyat yang di Bawah Rp 5 Juta
[HOAKS atau FAKTA]: Menkeu Purbaya Tidak Takut Ditembak atau Diracun seperti Munir
[HOAKS atau FAKTA]: Purbaya Minta Izin ke Rakyat untuk Menyewa Hacker Bobol Data Anggaran di DPR
Menkeu Purabaya ‘Dihajar’ Kiri Kanan, Konsekuensi Jadi Orang Jujur
[HOAKS atau FAKTA]: Menkeu Purbaya Pastikan Koperasi Merah Putih Bisa Layani Pinjol
Waketum PAN Soroti Lonjakan Popularitas Purbaya, Tantang Buktikan Kinerja
Dukung Penuh Menkeu Purbaya Larang Impor Pakaian Bekas, DPR: Jadi Angin Segar bagi Industri Tekstil Nasional