Masyarakat Kena 'Trigger' Obat COVID-19 Gegara Terpancing Pernyataan Menhub Hingga Ma'ruf Amin

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Senin, 10 Agustus 2020
 Masyarakat Kena 'Trigger' Obat COVID-19 Gegara Terpancing Pernyataan Menhub Hingga Ma'ruf Amin

Ilustrasi COVID-19. Foto: Pixabay/TheDigitalArtist

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

Merahputih.com - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, mengatakan, salah satu penyebab utama banyaknya klaim obat COVID-19 tak lepas dari pemerintah yang kerap kali melakukan blunder ketika mengeluarkan pernyataan terkait penanganan COVID-19.

"Contoh buruk dalam merespons virus corona, nasi kucing anti corona, doa qunut anti corona, ada jamu pancasila, sampai terakhir kalung ecalyptus oleh Menteri Pertanian," ujar Tulus dalam konferensi pers virtual, Senin (10/8).

Lelucon 'nasi kucing anti Corona' merupakan pernyataan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ketika Indonesia baru diserang pandemi COVID-19. Tak lama setelah itu, Budi Karya justru positif COVID-19.

Baca Juga

Selain Dany Anwar, Satu Anggota DPRD dari PAN juga Positif COVID-19

Sementara 'doa qunut anti corona' dilontarkan Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang pada medio Februari lalu mengklaim Corona tersingkir dari Indonesia lantaran banyaknya kiai dan ulama yang selalu membaca doa qunut.

Nah, untuk 'jamu pancasila', beberapa waktu lalu digaungkan oleh seorang perwira tinggi TNI AL yang mengaku punya ramuan herbal untuk mengatasi pandemi virus Corona (COVID-19) di Indonesia. Dia adalah Laksma TNI Dr Suradi.

Soal kalung ecalyptus, digembar-gemborkan bisa mematikan virus corona belum lama ini. Balitbang Kementan bahkan mengklaim kalung ini sudah teruji di laboratorium Balitbangtan.

Sehingga, berbagai pernyataan pemerintah tersebut kemudian membuka ruang untuk hadirnya disinformasi di kalangan masyarakat. Seperti halnya, klaim vaksin COVID-19 yang marak bermunculan.

"Selevel pejabat publik memberikan contoh yang kurang baik, kurang produktif, kurang mencerdaskan. Sehingga kalau saat ini ada klaim-klaim bermunculan, itu efek itu semua," tutur Tulus.

Tulus juga menyoroti berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam meredam dampak COVID-19. Pemerintah dinilai sudah terlalu fokus terhadap pemulihan ekonomi. Namun, hal tersebut justru mengakibatkan jumlah positif terus bertambah. Pada saat bersamaan, perekonomian nasional juga mengalami penurunan yang dalam.

"Sekarang faktanya pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020) minus 5,3 persen, sekarang diambang resesi. Artinya, manajemen penanganan wabah, pemerintah terlalu keliru dengan terlalu fokus pada ekonomi," ucapnya.

Ilustrasi. Foto: ANTARA

Terkait buruknya politik manajemen penanganan wabah, Tulus menilai bahwa Pemerintah kedodoran karena terlalu terfokus untuk memilih antara aspek kesehatan dan ekonomi.

"Hasilnya kita tahu semua, COVID-19 semakin luas dan pertumbuhan ekonomi nyungsep, yang dulu digadang-gadang aman, toh sekarang faktanya minus 5,13 persen dan kita juga di ambang resesi," ujarnya.

Selain itu, Tulus menilai beberapa pejabat publik di awal pandemi ikut memberikan respon yang buruk dalam menanggapi COVID-19.

Sementara dari sisi psikologi konsumen, Tulus mengatakan ada tekanan psikologis di masyarakat akibat ketakutan terinfeksi COVID-19 dan belum ketersediaannya obat atau vaksin. Hal ini menyebabkan banyak orang mencari jalan keluarnya sendiri.

"Konsumen juga mengalami tekanan ekonomi yang sangat dalam," tambahnya.

Di sisi lain, masih banyak konsumen yang belum paham mengenai literasi terhadap produk obat, jamu, dan herbal. Sehingga, banyak masyarakat kurang paham mengenai klaim obat atau jamu. Tulus juga mengatakan bahwa klaim berlebihan sesungguhnya sudah ada sejak sebelum adanya pandemi.

Baca Juga

RS Darurat Wisma Atlet Berhasil Sembuhkan 4.520 Pasien COVID-19

Ditambah lagi dengan adanya fenomena endorsement tokoh publik untuk produk tertentu yang belum terbukti mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Namun menurut Tulus, fenomena-fenomena ini belum disertai penegakan hukum yang optimal.

"Kasus-kasus yang masuk ranah hukum selama ini divonis secara ringan. Pelanggaran-pelanggaran pidana terkait dengan obat dan sejenisnya yang kemudian terjadi sampai ke proses hukum, kami monitor, hasilnya tidak optimal karena vonisnya ringan sehingga tidak menjerakan pelakunya," kata Tulus. (Knu)

#COVID-19 #Kasus Covid #Kalung Covid #Test Covid 19 #Anggaran COVID #Vaksin Covid-19 #Satgas COVID-19 #Obat Covid
Bagikan

Berita Terkait

Lifestyle
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
Gejala long COVID tidak selalu sama pada setiap orang. Sebagian mengalami hanya satu keluhan, seperti sesak napas atau kelelahan (fatigue), sementara yang lain menghadapi kombinasi beberapa gangguan.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 12 Agustus 2025
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
Indonesia
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
Kemenkes menjabarkan saat ini ada 179 kasus COVID-19, dengan 1 kasus positif dari 32 pemeriksaan yang ditemukan
Wisnu Cipto - Senin, 16 Juni 2025
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
Indonesia
178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat
Batuk-pilek disertai sesak napas dalam waktu kurang dari 14 hari setelah kembali dari Tanah Suci.
Wisnu Cipto - Senin, 16 Juni 2025
178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat
Indonesia
Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menegaskan bahwa situasi COVID-19 di Ibu Kota tetap terkendali
Angga Yudha Pratama - Jumat, 13 Juni 2025
Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis
Indonesia
Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025
Ani mengimbau masyarakat untuk terus menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan
Angga Yudha Pratama - Rabu, 11 Juni 2025
Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone
Informasi ini diunggah akun Facebook “Jefri Papahnya Aqiela”.
Frengky Aruan - Senin, 09 Juni 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone
Indonesia
KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19
KPK meminta bantuan BRI untuk memberikan informasi mengenai fasilitas kredit
Wisnu Cipto - Jumat, 06 Juni 2025
KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19
Indonesia
KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI
Pemeriksaan dilakukan di Gedung Merah Putih KPK.
Wisnu Cipto - Kamis, 05 Juni 2025
KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI
Indonesia
COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai menemui Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (3/6), mengakui ada kenaikan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia yang terkonfirmasi.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 04 Juni 2025
COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin
Indonesia
COVID-19 Mulai Melonjak Lagi: Dari 100 Orang Dites, Sebagian Terindikasi Positif
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) meminta masyarakat meningkatkan protokol kesehatan yang pernah dilakukan pada musim pandemi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 03 Juni 2025
COVID-19 Mulai Melonjak Lagi: Dari 100 Orang Dites, Sebagian Terindikasi Positif
Bagikan