Dokter Anggota IDAI Diimbau Utamakan Resep Puyer atau Lewat Anus ketimbang Sirop


Ilustrasi organ ginjal. (Foto: Unsplash/Robina Weermeijer)
MerahPutih.com - Fenomena penyakit gangguan ginjal akut kini tengah menghantui anak-anak di tanah air, yang diduga akibat mengkonsumsi obat sirop.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso mengimbau masyarakat untuk tetap tenang. Khususnya, menyikapi perkembangan investigasi terkait penyebab gangguan ginjal akut progresif secara cepat.
Baca Juga:
Pemprov DKI Diminta Antisipasi Penanganan Gangguan Ginjal Akut pada Anak
"Masyarakat untuk sementara waktu tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan," katanya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (20/10).
Menurut Pimprim, langkah antisipasi ini sebaiknya dilakukan sampai didapatkan hasil investigasi menyeluruh oleh Kemenkes dan Badan POM.
Piprim juga mengimbau tenaga kesehatan (nakes) menghentikan sementara meresepkan obat sirop yang diduga terkontaminasi etilen glikol atau dietilen glikol sesuai hasil investigasi Kementerian Kesehatan dan Badan POM.
"Bila memerlukan obat sirop, khusus misalnya obat anti epilepsi atau lainnya yang tidak dapat diganti sediaan lain, harap konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau konsultan anak," ujar Piprim.
Jika diperlukan, lanjut Pimprim, tenaga kesehatan juga dapat mempersiapkan obat pengganti yang tidak terdapat dalam daftar dugaan obat terkontaminasi atau dengan jenis sediaan lain.
Contohnya, kata dia, IDAI mengimbau dokter saat ini lebih memprioritaskan resep jenis obat yang dimasukkan ke dalam anus (suppositoria), atau dapat mengganti dengan obat puyer dalam bentuk tunggal atau monoterapi.
Baca Juga:
99 Anak Meninggal, Penyebab Gangguan Ginjal Akut Harus Segera Ditemukan
Namun demikian, Piprim menegaskan, peresepan obat puyer tunggal hanya boleh dilakukan dokter. "Dengan memperhatikan dosis berdasarkan berat badan, kebersihan pembuatan dan tata cara pemberian," ujarnya.
Sementara itu, anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani Aher meminta pemerintah menggencarkan edukasi publik soal kasus gangguan ginjal akut. Menurut dia, edukasi publik ini menjadi penting.
"Karena masih banyak masyarakat yang belum mengenali gejalanya dan tindakan apa yang harus dilakukan jika anak-anak mengalami gangguan ginjal akut," kata Netty.
Netty melihat, sekarang banyak informasi yang belum tentu benar beredar di masyarakat. Menurut dia, jika masyarakat tidak mengenali gejala penyakit tersebut, maka penanganan penyakit tersebut akan terlambat dilakukan.
"Dan akhirnya berujung pada kematian sebagaimana beberapa pasien gangguan ginjal akut yang terjadi di Bali beberapa waktu lalu," tutup Netty. (Knu)
Baca Juga:
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Tekor! Indonesia Impor Obat Rp 176 Triliun Tapi Ekspor Cuma Rp 6,7 Triliun

TNI Masuk Bisnis Obat, Komisi I Anggap Bukan Pelanggaran Dwifungsi ABRI

Waspadai! Duduk Terlalu Lama dan Olahraga Berat Picu Nyeri Pinggang

Gaya Hidup Picu Gagal Ginjal di Kalangan Remaja, DPR Desak Solusi Tunggakan BPJS

BPOM Minta Bantuan Polri Melawan Mafia Obat dan Skincare Ilegal

Efek Samping Umum dan Jangka Panjang Penggunaan Omeprazole

31 Tahun Beroperasi, 'Niu An Cong' Kini Hadir di Indonesia

Nam Yoon-su Melakukan Donor Ginjal, Bagaimana Pemulihan hingga Pantangannya?

Pasien Penyakit Ginjal Kronis Butuh Terapi Obat Anemia

Apa itu Doping? ini Jenis dan Efek Sampingnya
