Psikologi

Langkah Detoksifikasi Emosi untuk Jiwa dan Raga yang Kuat

Iftinavia PradinantiaIftinavia Pradinantia - Kamis, 23 Desember 2021
Langkah Detoksifikasi Emosi untuk Jiwa dan Raga yang Kuat

Langkah detoksifikasi emosi (Sumber: Pexels/Asya Cusima)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

UPAYA yang bisa kita lakukan untuk memiliki fisik yang sehat dengan jiwa yang kuat adalah dengan melakukan detoksifikasi emosional. Detoksifikasi emosional bukan hanya membersihkan tubuh dari apa yang mungkin kita anggap sebagai emosi negatif, melainkan untuk membersihkan emosi yang mandek.

Emosi adalah salah satu karunia hidup. Ia menawarkan cara untuk mengalami spektrum penuh tentang apa artinya hidup. Ketika kita memiliki hubungan yang sehat dengan pengalaman emosional, kita dapat menghargai apa yang ditawarkan olehnya, mulai dari kesedihan hingga kegembiraan. Jika kamu merasa bahwa dirimu bereaksi berlebihan terhadap situasi atau menarik diri, kamu bisa mempertimbangkan pembersihan emosional.

Umumnya detoksifikasi emosional didasarkan pada pembersihan tubuh mulai dari makan sehat, minum herbal untuk pencernaan, berkeringat, dan banyak minum air putih. Namun, pembersihan emosional mencakup banyak prinsip yang sama, dengan beberapa langkah tambahan yang penting.

Sherianna Boyle, seorang profesor psikologi dan penulis, menawarkan jalan rinci untuk melakukan detoksifikasi emosional dalam buku barunya bertajuk Emotional Detox.

Baca Juga:

Stigma Negatif dan Mitos Jadi Penghambat Penanganan Kesehatan Mental

1. Hapus

yoga
Rangsangan saraf vagus lewat olahraga (Sumber: Unsplash/Dylan Gillis)

Ini tentang membuat ruang, sehingga kita bisa lebih jelas melihat dan merasakan emosi kita. Bagian penting dari langkah ini adalah memperhatikan apa yang bisa memicu emosional, dan di mana kamu menjadi sangat reaktif dalam hidup.

Setelah kamu menyadari apa yang memicu sistem saraf simpatik, kamu dapat mulai menemukan cara untuk menenangkan diri. Boyle menyarankan untuk merangsang saraf vagus melalui olahraga, yoga, berdoa, pelukan, atau tawa.

2. Lihatlah ke dalam

emosi
Coba lihat ke dalam (Sumber: Pexels/Liza Summer)


Boyle menjelaskan perbedaan antara refleksi diri dan kesadaran diri dalam langkah ini, dengan refleksi diri menjadi proses mental, dan kesadaran diri menjadi proses sensorik. Dia menggambarkan ruang di antara keduanya sebagai tempat yang penting untuk diperhatikan.

“Proses mencari ke dalam adalah tentang menjembatani kesenjangan, melawan penindas (ego) batinmu, dan membiarkan dirimu merasakan getaran sambil membiarkan diri menerima berkah dari emosi mentahmu," demikian kata Boyle dalam bukunya.

Cara untuk menjembatani keduanya adalah dengan menciptakan dialog yang sehat dengan tubuh, memperhatikan sensasi tubuh sebagai umpan balik untuk penyelidikan diri yang penuh hormat.

3. Pancarkan

detoks emosi
Pancarkan (Sumber: Pexels/ben mack)


Langkah ini adalah tentang menciptakan hubungan dengan saat ini, melepaskan rasa takut, dan menciptakan batasan internal. Boyle menulis, "proses emisi bukan tentang menghilangkan reaktivitas tetapi mengubahnya menjadi sesuatu yang baru." Dia menawarkan suara 'hum' yang dilepaskan dalam suara yang panjang dan lambat sebagai cara untuk melepaskan sensasi reaktif dan menciptakan rasa aman, stabilitas, dan kekuatan.

Boyle menulis bahwa detoksifikasi emosional ditingkatkan dengan meningkatkan akses ke emosi. Kuncinya di sini adalah terbuka untuk mereka. Dia bersikeras bahwa ketika kita menurunkan tingkat reaktivitas terhadap emosi dan pengalaman, kamu akan lebih bersedia untuk mengalami kedalaman emosi yang akan memungkinkanmu untuk memiliki pengalaman otentik, dan hubungan yang lebih dalam dengan orang-orang di dalamnya. (avia)

Baca Juga:

Jauh Persamaan Antara Stres, Depresi, dan Gangguan Kecemasan

#Psikolog #Psikologi #Gangguan Psikologis
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Indonesia
Kondisi Mental ASN DKI Jakarta Bikin Merinding, DPRD Minta Layanan Psikologis Ada di Tiap Puskesmas
Komisi E akan mengawal hal ini
Angga Yudha Pratama - Selasa, 12 Agustus 2025
Kondisi Mental ASN DKI Jakarta Bikin Merinding, DPRD Minta Layanan Psikologis Ada di Tiap Puskesmas
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Psikolog Bocorkan Cara Musik Melatih Otak Anak Jadi Super Cerdas Sejak Dini
Tetapkan batasan dengan konsisten, jelaskan kenapa ada batasan, dan terapkan kontrol penggunaan media bila perlu
Angga Yudha Pratama - Rabu, 23 Juli 2025
Psikolog Bocorkan Cara Musik Melatih Otak Anak Jadi Super Cerdas Sejak Dini
Lifestyle
Kalau Kamu Rasakan 3 Hal Ini Lebih dari 2 Pekan, Dokter Bilang Itu Depresi Lho!
Apabila depresi tidak ditangani dengan baik, dr. Adhi memperingatkan bahwa hal tersebut dapat berujung pada depresi resisten pengobatan
Angga Yudha Pratama - Jumat, 11 Juli 2025
Kalau Kamu Rasakan 3 Hal Ini Lebih dari 2 Pekan, Dokter Bilang Itu Depresi Lho!
Indonesia
Jangan Dipendam! Layanan Konsultasi Kesehatan Mental Gratis dan Rahasia Tersedia Nonstop di Jakarta, Bisa Kontak ke Nomor Ini
Tidak hanya itu, layanan ini juga terintegrasi dengan Kartu Tanda Peserta ASABRI
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 14 Juni 2025
Jangan Dipendam! Layanan Konsultasi Kesehatan Mental Gratis dan Rahasia Tersedia Nonstop di Jakarta, Bisa Kontak ke Nomor Ini
ShowBiz
Maika Monroe Jadi Pengasuh Psikopat dalam "Victorian Psycho"
Ia akan beradu akting dengan Thomasin McKenzie
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 17 Mei 2025
Maika Monroe Jadi Pengasuh Psikopat dalam
Lifestyle
Psikolog UI Tekankan Pentingnya Berpikir Kritis di Era Kecerdasan Buatan, Jangan Biarkan Anak Terjebak Sesuatu yang Instan
Keterlibatan orang tua dalam penggunaan AI oleh anak tidak hanya sebatas pengawasan
Angga Yudha Pratama - Senin, 05 Mei 2025
Psikolog UI Tekankan Pentingnya Berpikir Kritis di Era Kecerdasan Buatan, Jangan Biarkan Anak Terjebak Sesuatu yang Instan
Lifestyle
Dokter Neurologi Ungkap Pemicu Parkinson Dini pada Remaja dan Dewasa Muda Akibat Pengaruh Lingkungan Hingga Obat-obatan
Pada remaja, Parkinson seringkali muncul akibat penggunaan obat antidepresan karena pengaruh lingkungan pergaulan, penyalahgunaan narkotika, dan konsumsi obat-obatan yang seharusnya dihindari
Angga Yudha Pratama - Kamis, 17 April 2025
Dokter Neurologi Ungkap Pemicu Parkinson Dini pada Remaja dan Dewasa Muda Akibat Pengaruh Lingkungan Hingga Obat-obatan
Fun
Kesedihan Seringkali Berujung pada Impulsive Buying, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Bukan tentang barangnya, seseorang yang bersedih hanya mencari sensasi kesenangan dari aktivitas kesibukannya.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 04 Februari 2025
Kesedihan Seringkali Berujung pada Impulsive Buying, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Fun
Alasan Psikologis Seseorang Jadi Fomo, Kenali Tanda-tandanya
Ada banyak alasan orang menjadi fomo, salah satunya butuh validasi.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 28 Desember 2024
Alasan Psikologis Seseorang Jadi Fomo, Kenali Tanda-tandanya
Bagikan