Jangan Salah, Ini Beda Stres dan Depresi


Jangan salah kaprah, ini beda depresi dan stres (Sumber: Andre Moura)
STRES dan depresi terasa sangat mirip satu sama lain. Keduanya sulit dibedakan terutama terkait gejala umum. Misalnya, susah tidur, tidak nafsu makan, menurunnya konsentrasi, perubahan suasana hati, serta kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari.
Secara fisik, ada banyak tumpang tindih antara stres dan depresi. Keduanya memang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, dan mengarah pada inflamasi tertentu.
Baca juga:
Pasien depresi, perubahan di otak mereka mirip dengan stres kronis. Sebaliknya, stres kronis bila tidak diobati, dapat menyebabkan depresi. Misalnya, orang dewasa mengalami tingkat kesulitan tinggi selama masa kanak-kanak sehingga menghasilkan stres beracun, memiliki tingkat depresi jauh lebih tinggi.

“Secara biologinya tidak sama, tetapi mereka memiliki banyak kesamaan,” ujar Philip Muskin, seorang profesor psikiatri di Universitas Columbia.
Meskipun perbedaannya begitu tipis, bisa dilihat beberapa perbedaan dalam hal stres versus depresi. Ada perbedaan jelas terutama dalam pilihan pengobatan efektif. Salah satu perbedaan stres dan depresi adalah stres bisa datang dan pergi.
“Stres adalah satu fase yang dilalui kebanyakan orang. Anda mengalami masa stres dan Anda keluar darinya, ”ujar Muskin.
Baca juga:
Resistensi Antibiotik, Efek Samping Kebiasaan Minum Obat Tanpa Resep
“Depresi tidak seperti itu. Depresi berlangsung selama bertahun-tahun pada beberapa orang. Itu dapat terjadi secara spontan pada beberapa orang, tetapi tidak semua orang,” lanjutnya.
Jika ada peristiwa bahagia, seperti teman atau orang dicintai datang berkunjung, orang stres akan dapat merasa bahagia pada saat itu, meskipun stresnya akan kembali setelah mereka pergi. Sementara pada orang depresi, mereka tidak akan bisa merasakan kebahagiaan pada saat itu. Bahkan ketika mereka tahu seharusnya mereka bahagia.

“Jika kamu bisa pulang kerja dan masih dapat mengisi energi itu bukan depresi klinis parah,” kata Sheryl Ziegler, seorang psikolog dan penulis buku Mommy Burnout: How to Reclaim Your Life and Raise Healthier Children in the Process. "Depresi klinis tidak datang dan pergi," jelasnya.
Jadi, apa pengobatan untuk stres? Caranya dengan menguranginya. Muskin menyarankan, melalui langkah-langkah seperti olahraga, meditasi, dan perhatian, serta mengurangi sumber stres.
Meski tindakan pengurangan stres seperti berolahraga atau pergi ke alam bebas dapat membantu, hal tersebut tidak akan menyembuhkan penderita stres.
"Pada tingkat depresi tertentu, hanya penanganan tepat atau obat akan membantu," ucap Muskin.

Depresi, pada intinya, merupakan penyakit otak. Sama seperti mengobati infeksi fisik dengan obat, depresi sering membutuhkan pengobatan. Seseorang dengan depresi membutuhkan perawatan medis. “Depresi sama dengan penyakit lainnya. Butuh penanganan medis,” terang Muskin.
Jika Anda mengalami stres atau depresi, hal paling penting untuk diketahui bantuan tersedia, dan itu bisa menjadi lebih baik. Pengurangan sumber stres dan menemukan cara untuk mengatasinya menjadi hal terbaik untuk segera dilakukan. Namun, jika depresi pada taraf terntentu harus melibatkan tenaga ahli untuk terapi dan pengobatan.(Avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Kondisi Mental ASN DKI Jakarta Bikin Merinding, DPRD Minta Layanan Psikologis Ada di Tiap Puskesmas

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Psikolog Bocorkan Cara Musik Melatih Otak Anak Jadi Super Cerdas Sejak Dini

Kalau Kamu Rasakan 3 Hal Ini Lebih dari 2 Pekan, Dokter Bilang Itu Depresi Lho!

Jangan Dipendam! Layanan Konsultasi Kesehatan Mental Gratis dan Rahasia Tersedia Nonstop di Jakarta, Bisa Kontak ke Nomor Ini

Maika Monroe Jadi Pengasuh Psikopat dalam "Victorian Psycho"

Psikolog UI Tekankan Pentingnya Berpikir Kritis di Era Kecerdasan Buatan, Jangan Biarkan Anak Terjebak Sesuatu yang Instan

Dokter Neurologi Ungkap Pemicu Parkinson Dini pada Remaja dan Dewasa Muda Akibat Pengaruh Lingkungan Hingga Obat-obatan

Kesedihan Seringkali Berujung pada Impulsive Buying, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Alasan Psikologis Seseorang Jadi Fomo, Kenali Tanda-tandanya
