Hubungan Dagang Minim Perang Rusia Ukraina tak Berdampak Langsung bagi Indonesia
Kondisi bangunan di sebuah daerah dekat Universitas Nasional di Kharkiv, Ukraina, setelah kota itu digempur serangan artileri, Rabu (2/3). ANTARA/Press service of the Ukrainian State Emergency Service
MerahPutih.com - Perang antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung. Lalu, apa dampak dari konflik kedua tersebut kepada Indonesia?
Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Panutan S. Sulendrakusuman mengatakan konflik Rusia dan Ukraina tidak berdampak langsung pada perekonomian Indonesia. Sebab, hubungan dagang Indonesia dengan kedua itu sangat minim.
Baca Juga
"Tidak hanya itu, relasi perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan Rusia dan Ukraina, cukup rendah," kata Panutan di Jakarta, Rabu (23/3).
Dia memaparkan, neraca dagang dengan Rusia relatif kecil sebesar USD 239,79 juta dan investasi langsung senilai USD 23,21 juta. Sementara dengan Ukraina, nilainya minus USD 623,89 juta dengan total investasi langsung hanya USD 1,6 juta.
Meski begitu, Panutan menilai, Indonesia tetap melakukan langkah-langkah antisipasi jika konflik Rusia dan Ukraina berkelanjutan. Karena dampak yang besar akan terlihat dari biaya yang dikeluarkan dari pemenuhan impor BBM yang 40 persen kebutuhan masih mengandalkan impor.
Panutan menjelaskan, kenaikan harga energi akan berpengaruh pada biaya logistik dan kenaikan harga beberapa komoditas impor seperti gandum, kedelai, jagung dan sapi. Hal itu tentu saja berpengaruh pada industri makanan, restoran dan pelaku katering.
"Ini berpotensi menyebabkan kenaikan laju inflasi," ujar Panutan.
Baca Juga
Presiden Ukraina Zelenskyy Mengaku Kesulitan Berunding dengan Rusia
Panutan berpendapat, konflik Rusia dan Ukraina bisa memberikan dampak besar berupa kenaikan harga secara global pada tiga sektor utama. Diantaranya, energi, pertanian dan manufaktur.
Seperti diketahui, Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia dan memenuhi 11 persen dari kebutuhan minyak global. Namun dari segi konsumsi mereka hanya 4 persen. Selain itu, Rusia juga produsen gas terbesar dan produsen batu bara ke enam terbesar di dunia.
"Perang akan menyebabkan melambungnya harga minyak dunia, gas dan batu bara. Harga minyak untuk jenis Brent sudah mencapai US$ 101,68/barel,” terangnya.
Dari sisi pertanian, lanjut Panutan, Rusia bersama dengan Ukraina merupakan pemasok 29 persen kebutuhan gandum global, 17 persen pasokan jagung dan 76 persen minyak goreng dari jenis bunga matahari.
Adapun dari sisi industri manufaktur, Rusia memasok 35 persen kebutuhan paladium, 10 persen platinum, 6 persen aluminium, 5 persen nikel dan biji baja 4 persen.
"Kenaikan harga metal tersebut akan menyebabkan kenaikan biaya bahan baku terutama untuk industri manufaktur otomotif dan elektronik," jelas Panutan S. Sulendrakusuman.
Selain itu akan terjadi kenaikan harga emas karena menjadi alat tukar paling aman selama terjadi perang. Emas juga merupakan medium penyimpanan aset konvensional. (Knu)
Baca Juga
Bahas Sanksi untuk Rusia, Biden Bertemu Pemimpin Eropa dan NATO
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
AS Tidak Punya Penangkal Rudal Burevestnik Milik Rusia
Putin Umumkan Uji Coba Drone Poseidon Sukses, Rudal Nuklir Antarbenua Terkuat Rusia
DPR Sahkan UU Ekstradisi RI-Rusia
Mikrofon Bocor, Xi Jinping dan Vladimir Putin Terekam Ngobrolin Transplantasi Organ dan Kehidupan Abadi
Bertemu di Beijing, Rusia dan Korut Bakal Tingkatkan Hubungan Bilateral Bikin Program Jangka Panjang
Ketemu Kim Jong-un di China, Putin Berterima Kasih karena Prajurit Korea Utara Bertempur di Ukraina
Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat
China Pamer Kekuatan Militer dalam Parade Peringatan 80 Tahun Berakhirnya Perang Dunia II
Komentari Eks Marinir Jadi Tentara Bayaran, Dubes Rusia Sebut Pihaknya tak Lakukan Rekrutmen
Eks Marinir Satria Kumbara Bukan Direkrut, Rusia Tegaskan Konsekuensi Tanggung Sendiri