Perjalanan karir pria kelahiran Singapura 21 Juni 1963 ini dimulai saat dia sukses memimpin salah Unit Usaha Milik BUMN, yaitu PT KAI, pada 2009. Berkat usahanya, PT KAI menuai banyak keberhasilan, diantara keberhasilan Jonan melipatgandakan laba keuntungan dan meningkatkan kepemilikan aset KAI. Selain itu, di masanya, tindak percaloan mulai dibabat, fasilitas perkeretapian mulai modern hingga penggunaan tiket online.

Karena prestasi tersebut, Presiden Jokowi meliriknya untuk duduk di kabinet kerja sebagai Menteri Perhubungan. Jonan dilantik sejak Oktober 2014 dan berakhir setelah Jokowi melakukan reshuffle kabinet jilid II, pada Juli 2016. Langkah pertama yang dilakukan Jonan setelah dilantik adalah memerintahkan penambahan kapasitas kereta api nasional hingga mengkonsepsikan pembuatan tol laut.

Terdepak dari kursi Menhub, 2016 lalu, Jonan diduga ogah-ogahan mensukseskan proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Sebagian kalangan menduga bahwa sikap Jonan tersebut didasari oleh belum perlunya alat transportasi cepat trayek Jakarta-Bandung. Selain masalah tersebut, diduga kegagalan Jonan mencairkan kemacetan di ruas tol Brexit saat idul Fitri tahun 2016 menjadi salah satu faktornya. Waktu itu tercatat sekitar 12 orang tewas karena terperangkap macet.

Tak lama kemudian, Jonan kembali dipercaya masuk dalam jajaran kabinet kerja jilid II, tapi tidak lagi sebagai Menhub melainkan Menteri ESDM. Dia dipilih Jokowi setelah terjadi kekosongan jabatan selama kurang lebih dua bulan dikarenakan Menteri ESDM Arcandra Tahar tersangkut masalah kewarganegaraan.

Setelah dilantik menjadi Menteri ESDM, Jonan memulai dengan mengamati polemik kontrak PT Freeport. Sesuai arahan presiden, Jonan berhasil menyelesaikan kontrak perjanjian persentase lebih besar untuk Indonesia, selain itu Freeport juga menyetujui pembangunan smelter.