Yuk Kenali Perbedaan Nyamuk Penyebab DBD, Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus

Ilustrasi Nyamuk. (Pexels.com/pixabay)
Merahputih.com - Praktisi kesehatan masyarakat dr Octoviana Carolina M KM mengatakan perbedaan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus penyebab demam berdarah dengue (DBD). Perbedaan pertama yaitu dari tempat tinggal nyamuk tersebut.
"Aedes agypty itu air bersih di dalam ruangan/tidak terkena paparan matahari langsung, albopictus di luar ruangan air bersih," kata Octoviana dikutip Antara, Jumat (7/6).
Kepala Puskesmas Kecamatan Pademangan Jakarta Utara itu menjelaskan, nyamuk aedes aegypti diketahui senang dengan tempat yang lembab untuk bersarang, dan bertelur. Nyamuk ini juga diketahui sering berada di bak mandi, talang air, hingga vas bunga dalam rumah. Nyamuk aedes aegypti juga dapat bersembunyi di kolong tempat tidur, atau ruangan lain yang minim cahaya.
Baca juga:
Satpol PP Tak Langsung Sanksi Warga yang Rumahnya Kedapatan Ada Jentik Nyamuk
Sementara, nyamuk aedes albopictus diketahui lebih menyukai berada di luar ruangan. Sesuai namanya, nyamuk aedes albopictus sering didapati di area kebun atau pinggir hutan karena dekat dengan tempat mencari makan. Ketika masih berada di masa stadium telur, larva dan pupa dari nyamuk aedes albopictus hidup di air yang tidak terkena sinar matahari.
Baik nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus, keduanya sama-sama berpotensi menularkan virus dengue kepada manusia melalui gigitan. Oleh karena itu, cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghindari gigitan nyamuk tersebut dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi populasi nyamuk dengan pemberantasan sarangnya.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) biasa disebut dengan 3M Plus, dengan menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk yang membawa virus DBD pada manusia.
Selain 3M, terdapat pula poin Plus yang bisa mereduksi penyebaran nyamuk DBD antara lain, menanam tanaman pengusir nyamuk (bunga geranium, jeruk, dan lain-lain), membersihkan tempat-tempat yang digunakan untuk penampungan air secara rutin, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk.
Baca juga:
Rumah Berjentik Nyamuk Masuk Kategori Pidana Tipiring di Jakarta
Selanjutnya, meletakkan pakaian yang telah digunakan dalam wadah yang tertutup, menabur racikan ekstrak yang spesifik untuk membunuh larva seperti larvasida pada penampungan air yang susah untuk dikuras dan memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar.
Menurut dr Octoviana gejala DBD yang perlu diwaspadai yakni gejala demam tinggi, kepala pusing, selain demam dikhawatirkan ada pendarahan seperti mimisan dan bercak-bercak pada lengan.
Apabila merasakan atau menemukan orang di sekitar kita mengalami gejala tersebut, segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk bisa mendapatkan diagnosa dan penanganan sedini mungkin dari petugas kesehatan.
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Antisipasi Pemprov Cegah Lonjakan Kasus DBD di Jakarta

PSI DKI Kesal dengan Pemprov, Fogging DBD Dilaksanakan Kalau Sudah Ada Korban

Puncak Kasus DBD Terjadi April, Dinkes DKI Siapkan Strategi ini

Tren Kasus DBD Meningkat di Jakarta, Pramono Anung Bakal Lakukan Pendataan Bareng Dinkes DKI

Dewan PSI Minta Pemprov DKI Distribusikan Alat Fogging untuk Tangani DBD

Dinkes DKI Imbau Warga Jakarta Waspadai Lonjakan Kasus DBD saat Musim Hujan

Nyamuk Aedes Aegypti Ternyata Bisa Bertelur di Sendok, Warga Jakarta Diingatkan Jangan Biarkan Air Tergenang

Aksi Fogging Basmi Nyamuk Demam Berdarah di Pemukiman Padat Penduduk Kebayoran Lama

Hadapi Musim Hujan, Kemenkes Ingatkan Waspada DBD

RW di Kembangan Utara Kendalikan Nyamuk Aedes Aegypti Wolbachia
