WHO Tengah Kembangkan Aplikasi Pelacak COVID-19
WHO akan hadirkan aplikasi pelacak COVID-19 (Foto: puertoricolatingrill)
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) tengah menyiapkan aplikasi COVID-19 untuk orang-orang di negara yang kekurangan sumber daya, guna meninjau tanda-tanda virus corona dari rumah.
Menurut Reuters, agensi tersebut juga mempertimbangkan fungsi pelacakan kontak berbasis Bluetooth, mirip dengan yang diluncurkan di seluruh dunia pada aplikasi sejenis.
Baca Juga:
Mengintip Bocoran 'Calon' Fitur-fitur Baru yang Akan Hadir di Instagram
Aplikasi besutan WHO itu memungkinkan para penggunanya untuk memasukan gejala (suhu badan tinggi atau batuk terus menerus), lalu memberi saran tentang kemungkinan mereka tertular virus.
Nantinya, informasi itu akan dipersonalisasi berdasarkan lokasi. Hal itu diungkapkan oleh Bernardo Mariano, kepala informasi WHO pada Reuters.
Aplikasi dari program yang tak disebutkan namanya itu, diharapkan akan diluncurkan secara global pada bulan ini. Pemerintah pun didorong untuk mengakses aplikasi dan merilis versi yang lebih personal untuk konstituen lokal.
Australia, Prancis, Inggris dan AS pun telah memperkenalkan aplikasi pelacak COVID-19, yang menggunakan Bluetooth untuk melakukan 'jabat tangan digital' antara pemilik smartphone.
Baca Juga:
Seperti yang dilansir dari laman PCMag, rencananya WHO akan merilis aplikasi tersebut di Afrika dan Amerika Selatan.
"Mungkin di beberapa wilayah Amerika selatan dan Afrika kekuarangan teknologi dan insinyur untuk mengembangkan aplikasi semacam itu. Manfaat aplikasi itu benar-benar untuk negara yang tidak memiliki apa-apa. Kami akan memberikan aplikasi tersebut ke negara yang tidak mampu, di mana negaranya memiliki sistem kesehatan yang rapuh," ucap Mariano.
Adapun tim insinyur dan desainer yang mengerjakan proyek tersebut yakni termasuk mantan karyawan Google dan Microsoft, yang secara sukarela meluangkan waktu mereka untuk membangun platform sumber terbuka, yang akan tersedia melalui GitHub.
Namun WHO masih mempertimbangkan penambahkan fungsi proximity tracing yang saat ini dilarang lantaran masalah hukum dan privasi. (Ryn)
Baca Juga:
Mengenal Fitur Baru Microsite Listening Together dari Spotify
Bagikan
Berita Terkait
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
Jakarta Panasnya Minta Ampun, Ahli WHO Desak Pemprov DKI Pasang Keran Air Gratis
Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
Cukai Rokok Tak Naik 2026: Antara Kepentingan Ekonomi dan Ancaman Kesehatan Publik
Ribuan Anak Terancam Otak Keropos Akibat Cacingan! Pahami 4 Langkah Mudah Lindungi Buah Hati dengan Konsep WASHED
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat
Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis
Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025