Kesehatan

Waspada, Dampak Polusi Udara Bagi Anak

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Jumat, 15 September 2023
Waspada, Dampak Polusi Udara Bagi Anak

Salah satu kelompok yang rentan terhadap efek negatif polusi udara adalah anak-anak. (Foto: freepik/wirestock)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SAAT ini polusi udara merupakan masalah global yang telah menjadi ancaman serius terhadap kesehatan manusia. Tidak sedikit warga Jakarta yang mengeluhkan bahwa polusi di langit Jakarta kian memburuk hingga terlihat seperti mendung.

Salah satu kelompok yang rentan terhadap efek negatif polusi udara adalah anak-anak. Mengutip laman IHC, berikut beberapa faktor mengapa polusi berbahaya untuk anak-anak.

Baca Juga:

Masker Pelindung Polusi Udara, Efektifkah?

Pertama, anak berada di rentang usia yang rentan terhadap penyakit. Anak-anak memiliki sistem pernapasan yang masih berkembang.

Organ-organ pernapasan pada anak-anak belum sepenuhnya kuat sempurna dan masih dalam masa pertumbuhan, sehingga anak-anak lebih rentan terhadap dampak polutan udara. Paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan.

Kedua, anak-anak bernapas lebih cepat dan tingginya tingkat aktivitas. Anak-anak memiliki tingkat pernapasan yang lebih cepat dibandingkan dengan orang dewasa.

Paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan. (Foto: freepik/wirestock)

Ini berarti bahwa mereka menghirup lebih banyak udara dalam waktu yang lebih singkat, sehingga meningkatkan jumlah polutan yang masuk ke dalam paru-parunya. Selain itu, anak-anak cenderung lebih aktif secara fisik dan lebih banyak beraktivitas di luar ruangan, hal tersebut juga membuat mereka lebih rentan terhadap polusi udara luar ruangan.

Faktor ketiga, anak-anak sangat berpotensi terpapar lebih lama di lingkungan yang terkontaminasi. Mereka menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan, terutama saat bermain dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar mereka.

Jika mereka tinggal di daerah dengan kualitas udara yang buruk, mereka akan terpapar polusi udara lebih lama. Paparan jangka panjang terhadap polutan udara berbahaya dapat memiliki dampak serius terhadap kesehatan anak-anak, baik secara fisik maupun kognitif.

Faktor terakhir, anak-anak cenderung berdampak jangka panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Penelitian telah menunjukkan keterkaitan antara paparan polusi udara dengan penurunan fungsi paru, perkembangan neurologis yang terganggu, masalah kognitif, dan peningkatan risiko gangguan perkembangan.

Baca Juga:

Pengaruh Polusi pada Kesehatan Kulit

Faktor-faktor tersebut mengakibatkan beberapa dampak yang cukup serius pada anak-anak. 93 persen populasi anak di bawah 15 tahun bernapas dengan udara yang berpolusi tinggi dan membuat mereka berisiko tinggi mengalami gangguan kesehatan. Berdasarkan penelitian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2016, sebanyak 600.000 anak meninggal karena terkena infeksi saluran napas bawah akut akibat polusi udara.

Berikut beberapa dampak bahaya polusi udara yang dapat terjadi pada anak- anak, antara lain:

1. Polusi udara menghambat perkembangan paru-paru

The Southern California Children’s Health melakukan studi sejak 1993 sampai 2011 pada 1.759 anak berusia 10 sampai 18 tahun. Studi ini menemukan bahwa anak yang tinggal di area dengan tingkat pencemaran udara yang tinggi meningkatkan risiko anak tersebut terhambat perkembangan paru-parunya.

Dampak ini ditandai dengan paru-paru tidak mencapai kapasitas maksimalnya. Pada kasus ini mirip dengan yang dialami anak-anak dengan orang tua perokok.

2. Polusi memicu asma pada anak

Anak yang tinggal di daerah tinggi polusi udara lebih rentan kambuh asmanya. Hal ini juga meningkatkan jumlah kasus anak datang ke unit gawat darurat dan meningkatkan penggunaan obat asma.

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa paparan polusi udara dalam durasi yang cukup lama berkaitan dengan munculnya gangguan mental salah satunya depresi. (Foto: freepik/freepik)

3. Meningkatkan gejala saluran pernapasan pada anak

Sebuah studi telah membandingkan enam kota di Amerika Serikat menemukan bahwa anak-anak yang mengalami gejala pernapasan, seperti batuk dan batuk berdahak berkaitan seiring meningkatnya polutan di udara. Dua polutan udara yang terbukti memicu dampak ini adalah sulfur dioksida dan nitrogen dioksida.

4. Menurunkan fungsi paru-paru

Peneliti menemukan bahwa anak yang terpapar polusi udara tingkat tinggi mengalami depresi saluran pernapasan.

Depresi saluran pernapasan adalah berkurangnya kemampuan tubuh untuk mengeluarkan karbon dioksida dengan optimal. Penelitian tersebut melibatkan 1.000 anak berusia 6 sampai 12 tahun.

5. Gangguan mental pada anak

Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa paparan polusi udara dalam durasi yang cukup lama berkaitan dengan munculnya gangguan mental. Dampak yang terjadi seperti depresi, gangguan bipolar, dan gangguan kepribadian pada anak.

Namun untuk yang satu ini, kamu jangan panik dulu ya. Tidak melulu karena paparan polusi, gangguan mental bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk genetik dan lingkungan. (dgs)

Baca Juga:

Lindungi Kulit dari Paparan Polusi, Pakai Sunscreen SPF 30 atau 50?

#Sebangsa Seudara #September Sebangsa Seudara #Kesehatan #Parenting
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

ShowBiz
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Konsumsi suplemen zat besi sejak dini penting bagi perempuan.
Dwi Astarini - Selasa, 14 Oktober 2025
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Lifestyle
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Hanya dengan 15 menit 9 detik gerakan sederhana setiap hari, partisipan mengalami peningkatan suasana hati 21 persen lebih tinggi jika dibandingkan ikut wellness retreat.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Indonesia
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Penonaktifan itu dilakukan BPJS Kesehatan karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan menunggak pembayaran iuran sebesar Rp 41 miliar.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Terlalu sering mengonsumsi mi instan bisa membuat usus tersumbat akibat cacing. Namun, apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Rabu, 08 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Bagikan