Viral Video Gus Dur 'Aksi Teror Rekayasa', Alissa Wahid: Konteksnya Beda

Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid (Foto: antaranews)
Merahputih.com - Koordinator Nasional Jaringan Gus Durian Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau biasa disapa Alissa Wahid mengatakan adanya narasi yang menyebut kejadian teror adalah rekayasa, sebetulnya adalah bagian dari misinformasi atau penyesatan informasi yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
Apalagi, menurut dia, jika misinformasi itu dilakukan dengan memuat potongan video dari Gus Dur (alm. KH Abdurrahman Wahid).
”Yang disampaikan oleh Gus Dur itu konteksnya sangat berbeda dengan kejadian hari ini. Karena pernyataan itu dibuat pada saat rezim lalu yaitu orde baru, dimana kekuatan angkatan bersenjata saat itu memang cukup besar dan banyak catatan ‘rekayasa’ pada saat itu,” ujar Alissa dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (2/4).
Baca Juga:
Alissa menyebut bahwa video asli itu sebenarnya cukup panjang. Ia heran kenapa yang diviralkan hanya bagian itu saja.
"Jadi menurut saya itu misinformasi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu,” tutur Alissa.
Oleh karena itu, jika terkait narasi-narasi rekayasa dan lain-lain, Alissa menyebut bahwa apapun yang dilakukan pemerintah dalam penanggulangan terorisme pasti akan dituduh sebagai Islamophobia, kemudian ada rekayasa, mau menyudutkan kelompok tertentu dan lainnya.
”Karena masih denial (penyangkalan), masih tidak mau mengakui bahwa memang ada kelompok-kelompok ini yang kita seharusnya juga menolak kehadirannya,” kata wanita yang saat ini menjadi Sekjen Gerakan Suluh Kebangsaan yang diketuai Menko Polhukam Prof Dr Mahfud MD itu.
Lebih lanjut, putri Presiden ke-4 RI, alm KH, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu juga mengutuk keras aksi teror yang belakangan terjadi di Indonesia.
((( TELOLIS )))
— ????????Jokowi Banget ???????? (@RQthea) March 30, 2021
((( BOM )))
Menurut Almarhum GUS DUR
@mohmahfudmd
@PolhukamRI pic.twitter.com/QRDq2HZrb5
Ia setuju bahwa ada yang menyebut pandangan terorisme adalah bagian dari Islam itu juga harus ditolak, karena Islam tidak direpresentasikan oleh si teroris ini, melainkan terorisme muncul karena ideologi kekerasan yang dia bawa dan terorisme itu tidak hanya ada di satu agama saja.
”Tetapi kita juga tidak bisa mengingkari bahwa teroris di Makassar ini dia tidak beragama Islam. Karena si pelaku ini mengakui dirinya Islam. Tetapi tafsir yang dia lakukan pada ajaran Islam itulah yang salah,” kata peraih Magister Psikologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta
Oleh sebab itu, Alissa berpendapat harus bisa membedakan antara Islam sebagai sebuah agama, dengan terorisme yang menggunakan tafsir yang salah atas nama Islam.
Karena, menurut dia, orang tidak ujug-ujug langsung meledakkan dirinya, melainkan ada proses inkubasinya. Menginternalisasi nilai-nilai baru, terutama yang eksklusif dan ekstrem. Ini tampak dalam surat wasiat yang ditinggalkan ZA, perempuan yang berusaha melakukan tindak teror di Mabes Polri pada Rabu 31 Maret lalu.
Baca Juga:
Polda Metro Jaya Perketat Keamanan Empat Gereja Besar di Jakarta Saat Paskah
ZA meminta keluarganya untuk menjauhi musuh-musuh agama dan hidup secara eksklusif ‘dalam jalan Tuhan’. ZA menjadi perempuan ke sekian yang terlibat sebagai pelaku aksi terorisme di garis depan.
Fenomena ini semakin menguat beberapa tahun terakhir, mengikuti strategi kelompok-kelompok teror yang mengintensifkan rekrutmen dan kaderisasi perempuan.
”Bahwa di luar agama saya, keyakinan saya dan golongan saya itu adalah musuh. Lalu nanti naik ke penerimaan terhadap tindakan kekerasan, bahwa kekerasan itu boleh. Dan terakhir bahwa tindakan kekerasannya dia ini adalah untuk kepentingan agama. Pemahaman agama seperti itu sungguh sangat keliru sekali,” terang wanita yang juga Dewan Pengawas Wahid Foundation ini. (Pon)
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia

Akar Masalah Demo Panjang Versi Jaringan Gusdurian, Tekanan Ekonomi Kian Nyata Dialami Warga

785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat

ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri

Pemprov DKI Setuju dan Dukung Pendirian Musem Gus Dur di Jaksel

Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor

BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026
