Varian Gabungan Delta X Omicron Teridentifikasi, tapi Deltacron Bukan Ancaman
Para ilmuwan tidak percaya varian baru itu dapat menimbulkan kekhawatiran. (Foto: SCMP)
PARA ilmuwan untuk pertama kalinya memberikan bukti kuat dari strain COVID-19 yang menggabungkan varian Delta dan Omicron, tetapi tidak percaya varian baru itu dapat menimbulkan kekhawatiran.
Sementara apa yang disebut varian 'Deltacron' telah dicurigai di sejumlah negara, ahli virologi di L'Institut Pasteur, Paris menyerahkan urutan genomik lengkapnya pada hari Selasa (8/3) ke database COVID-19 internasional, Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), yang berarti telah secara resmi dikonfirmasi sebagai varian.
Baca Juga:
Studi Baru, Kasih Sayang dari Seekor Anjing dapat Mengobatimu
Kasus Deltacron telah ditemukan di Soissons, Perancis Utara, dan lebih banyak lagi yang dicurigai di Denmark dan Belanda.
Bulan lalu, UK Health Security Agency (UKHSA) mengklasifikasikan virus 'rekombinan' Delta x Omicron sebagai 'sinyal dalam penyelidikan', setelah kasus yang dicurigai di Inggris, sayangnya hal itu belum dikonfirmasi. Sinyal yang sedang diselidiki adalah dua tingkat di bawah variant of concern.
Prospek varian yang menggabungkan dua versi paling kuat dari pandemi virus corona sejauh ini mungkin terdengar menakutkan. Terutama karena Delta lebih parah daripada varian lain dan Omicron sangat menular. Namun, para ilmuwan menekankan bahwa sekarang ada kekebalan substansial dalam populasi manusia terhadap kedua varian, jadi tidak ada alasan untuk berpikir ini akan menimbulkan bahaya bagi mereka yang telah menerima vaksin.
Terlebih lagi, kasus di Soissons telah ditelusuri kembali ke Januari, yang berarti kasus itu seharusnya telah meningkat sekarang jika memiliki ancaman nyata dalam suatu populasi, seperti pada Omicron pada bulan November dan Desember.
Menurut analisis kode genetik Deltacron, backbone-nya berasal dari varian Delta sedangkan spike-nya, bagian dari virus yang menempel pada sel manusia, berasal dari Omicron.
Baca Juga:
Virus rekombinan muncul ketika seorang pasien terinfeksi dengan dua varian pada saat yang sama, dan kombinasi terjadi ketika sel-selnya bereplikasi bersama.
Sumber di UKHSA mengatakan, varian Delta x Omicron tidak terkait dengan peningkatan kasus dan kapasitas layanan rumah sakit di Inggris selama seminggu terakhir.
Maria van Kerkhove, pimpinan teknis COVID-19 untuk World Health Organisation (WHO), men-tweet bahwa kemunculan rekombinan telah diprediksi, terutama dengan sirkulasi Omicron dan Delta yang intens. Dan, bahwa timnya melacak dan mendiskusikan varian tersebut.
Dr Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan di WHO, juga mengatakan di Twitter, “Kami telah mengetahui bahwa peristiwa rekombinan dapat terjadi, pada manusia atau hewan, dengan berbagai varian #SARSCoV2 yang beredar. perlu menunggu eksperimen untuk mengetahui sifat-sifat virus ini. Pentingnya pengurutan, analitik & berbagi data yang cepat saat kita menghadapi pandemi ini.” (aru)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas