Vaksin untuk Kanker Mungkin akan Tersedia Sebelum 2030


Teknologi mRNA dalam vaksin COVID-19 dapat digunakan kembali untuk menyerang sel kanker. (Foto: freepik/freepik)
VAKSIN yang menargetkan kanker dapat tersedia sebelum akhir dekade. Demikian menurut tim peneliti di balik kesuksesan salah satu vaksin COVID-19 selama pandemi.
Pasangan Ugur Sahin dan Ozlem Tureci yang ikut mendirikan BioNTech, perusahaan Jerman yang bermitra dengan Pfizer untuk memproduksi vaksin mRNA COVID-19 revolusioner, mengatakan mereka telah membuat terobosan yang memicu optimisme mereka terhadap vaksin kanker di tahun-tahun mendatang.
Berbicara di BBC pada Minggu (16/10) dengan Laura Kuenssberg, Prof Türeci menggambarkan bagaimana teknologi mRNA di jantung vaksin COVID-19 BioNTech dapat digunakan kembali sehingga sistem kekebalan prima untuk menyerang sel kanker alih-alih menyerang virus Corona.
Ketika ditanya kapan vaksin kanker berdasarkan mRNA mungkin siap digunakan pada pasien, Prof Sahin mengatakan vaksin itu bisa tersedia sebelum 2030.
Baca juga:
Cara kerja vaksin

Vaksin mRNA COVID-19 bekerja dengan mengangkut instruksi genetik untuk protein lonjakan yang tidak berbahaya pada virus COVID-19 ke dalam tubuh. Instruksi diambil oleh sel yang menghasilkan protein lonjakan.
Protein ini atau antigen, kemudian digunakan sebagai petunjuk yang memberi tahu antibodi sistem kekebalan dan pertahanan lain apa yang harus dicari dan diserang.
Pendekatan yang sama dapat dilakukan untuk memperkuat sistem kekebalan untuk mencari dan menghancurkan sel kanker, kata Tureci selaku kepala petugas medis BioNTech. Bukannya membawa kode yang mengidentifikasi virus, vaksin tersebut berisi instruksi genetik untuk antigen kanker, protein yang menempel pada permukaan sel tumor.
BioNTech sedang mengerjakan vaksin kanker mRNA sebelum pandemi melanda, tetapi perusahaan itu putar haluan untuk memproduksi vaksin COVID-19 dalam menghadapi keadaan darurat global.
Perusahaan tersebut sekarang memiliki beberapa vaksin kanker dalam uji klinis. Tureci mengatakan pengembangan dan keberhasilan vaksin Pfizer/BioNTech yang mirip dengan suntikan Moderna COVID-19, bermanfaat dalam proyek vaksin kanker mereka.
Baca juga:
Tantangan vaksin kanker

Perusahaan Jerman itu berharap untuk mengembangkan pengobatan untuk kanker usus, melanoma, dan jenis kanker lainnya. Tetapi rintangan besar terbentang di depan. Sel-sel kanker yang membentuk tumor dapat dipenuhi dengan berbagai macam protein yang berbeda, sehingga sangat sulit untuk membuat vaksin yang menargetkan semua sel kanker dan tidak ada jaringan sehat.
Tureci memberi tahu Kuenssberg bahwa BioNTech telah mempelajari cara membuat vaksin mRNA lebih cepat selama pandemi, dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana sistem kekebalan tubuh manusia merespons mRNA.
Perkembangan yang intens dan peluncuran yang cepat dari suntikan COVID-19 juga telah membantu regulator obat-obatan mencari cara untuk menyetujui vaksin. “Ini pasti akan mempercepat juga vaksin kanker kita,” tambahnya.
Namun, Tureci tetap berhati-hati tentang pekerjaan itu. “Sebagai ilmuwan, kami selalu ragu untuk mengatakan bahwa kami akan memiliki obat untuk kanker. Kami memiliki sejumlah terobosan dan kami akan terus mengerjakannya,” jelasnya. (aru)
Baca juga:
Protein pada Darah Dapat Menunjukkan Risiko Kanker dan Diabetes
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
