Vaksin Terbatas, Vaksinasi COVID-19 Harus Dibarengi Penelitian Lanjutan
Vaksinasi COVID di Istana. (Foto: Tangkapan Layar)
MerahPutih.com - Vaksinasi COVID-19 tidak menjamin segera hilangnya pandemi. Vaksin hanya salah satu cara untuk menekan jumlah kasus infeksi yang disebabkan virus SARS CoV-2 tersebut.
Ahli Epidemologi Matematika ITB Nuning Nuraini mengatakan, jumlah vaksin yang ada di dunia, termasuk di Indonesia, saat ini sangat terbatas. Padahal vaksin yang dibutuhkan sangat banyak untuk mempercepat mata rantai penularan COVID-19.
Baca Juga:
9.200 Vial Vaksin Sinovac Tiba di Indramayu
Agar vaksinasi semakin efektif maka perlu dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
“Oleh karena itu tidak ada perbedaan vaksin di-running masyarakat harus tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat. Karena justru yang sudah divaksin itu kan tidak dijamin 100 persen (tidak tertular COVID-19),” kata Nuning, saat dihubungi merahputih.com, baru-baru ini.
Setelah divaksin, masih diperlukan pemantauan dan penelitian lebih lanjut. Mulai dari pemantauan terhadap Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) atau efek maupun khasiat vaksin.
Vaksin COVID-19 yang diberikan pemerintah saat ini memenuhi sejumlah kriteria, di antaranya, harus orang-orang yang benar-benar sehat dan tidak punya penyakit bawaan.
Perlu diperhatikan juga bahwa vaksin Covid-19 saat ini bersifat sangat baru dan diberikan berdasarkan izin darurat.
"Sepemahaman saya vaksin COVID ini kan cukup cepat itu, mulai pertama penelitian sampai rilis ini satu tahun, langsung eksekusi,” katanya.
Karena dalam masa darurat, maka vaksin ini diterapkan pararel dengan penelitian lanjutan. Pada waktu normal, uji klinis vaksin memakan waktu lebih dari setahun untuk menjadikan vaksin tersebut definitif.
Ia juga mewanti-wanti agar pemberian vaksin sesuai dengan yang direkomendasikan, misalnya dari sisi usia penerima sampai orang yang tidak memiliki penyakit bawaan. Sehingga pihak kedokteran maupun vaksinator harus terus waspada agar tidak terjadi pemberian vaksin terhadap orang yang tidak direkomendasikan.
“Karena vaksin ini masih dalam pararel dengan penelitiannya, jadi harus benar-benar orang yang sehat yang menerimanya,” katanya.
Meski demikian, sejauh ini Nuning mengaku belum menerima KIPI atau efek dari program vaksinasi nasional.
Hal tersebut karena jumlah yang divaksin masih sedikit. Sementara dari sisi khasiat juga masih dalam proses observasi. Masih peru waktu untuk membentuk antibodi dan seterusnya. (Iman Ha/Jawa Barat)
Baca Juga:
Menkes Minta Tenaga Kesehatan Segera Ikut Vaksinasi
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
PDPI Beberkan Dosa-Dosa Gaya Hidup Pemicu ISPA dan Cara Menghindarinya Tanpa Ribet
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
Pemerintah Jemput Bola Vaksinasi Ribuan Hewan Peliharaan, Jakarta Targetkan Bebas Rabies
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
[HOAKS atau FAKTA]: Suhu Dingin dan Kabut di Jabodetabek Hasil Rekayasa agar Angka Penyakit TBC Meningkat
Klaim Vaksin HPV Sebabkan Kemandulan, Ini Penjelasan Ahli yang Bikin Plong
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat
Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis