Usulan DPRD Pilih Kepala Daerah Disinyalir Sudah Jadi Kesepakatan Parpol dan Pemerintah
Ilustrasi TPS. (Foto: MP)
MerahPutih.com - Usulan Dewan Perwakilan Rakyat kembali memiliki hak untuk memilih Kepala Daerah baik itu gubernur atau bupati dan wali kota, semakin menguat setelah diutarakan politikus Golkar, PKB dan Presiden Prabowo Subianto.
Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas, mengkritik keras wacana perubahan sistem pemilihan kepala daerah (Pilkada) dari pemilihan langsung oleh rakyat menjadi penunjukan Presiden untuk jabatan gubernur serta pemilihan bupati dan wali kota oleh DPRD.
Menurutnya, gagasan tersebut mencerminkan manuver politik para elite yang berpotensi merampas hak demokratis rakyat.
Fernando menilai, para elite politik seolah sedang “bermain billiard” dengan melemparkan berbagai gagasan ke ruang publik tanpa mempertimbangkan dampak serius terhadap demokrasi.
Baca juga:
Temuan Awal Duit Korupsi Bupati Lampung Tengah Rp 5 Miliar, Diduga Buat Bayar Utang Pilkada
Ia meyakini, wacana tersebut bukan sekadar pendapat personal yang dilontarkan oleh Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia maupun Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar.
“Saya yakin gagasan tersebut bukan hanya sekadar dilontarkan, tetapi sudah menjadi kesepakatan para pimpinan partai politik, terutama yang tergabung dalam koalisi pemerintahan,” ujar Fernando dalam keterangannya, Senin (22/12).
Ia menilai, pembahasan tersebut kemungkinan tidak hanya menyangkut mekanisme Pilkada dan waktu pembahasannya di DPR, tetapi juga sudah masuk pada pembagian kekuasaan antarpartai politik.
Menurutnya, bukan tidak mungkin jabatan kepala daerah sudah diperhitungkan dan dibagi sebagai bagian dari kesepakatan elite.
“Partai apa mendapatkan jabatan kepala daerah mana, sangat mungkin sudah dibagi bersama,” tegasnya.
Fernando menyesalkan alasan penghematan anggaran yang kerap digunakan untuk membenarkan perubahan sistem Pilkada.
Dalih efisiensi, tegas ia, justru menutupi ambisi kekuasaan yang berujung pada penghilangan hak rakyat untuk memilih pemimpinnya secara langsung.
Ia mengakui, secara hitung-hitungan memang akan ada penghematan anggaran negara. Namun, ia menegaskan tidak ada jaminan bahwa korupsi akan hilang atau kepala daerah yang terpilih akan lebih berkualitas.
“Jangan-jangan anggaran yang sebelumnya dipakai untuk kampanye dan politik uang kepada rakyat justru dialihkan untuk membeli partai politik dan suara anggota DPRD,” katanya.
Fernando berharap masyarakat bersikap kritis dan melakukan perlawanan terhadap apa yang ia sebut sebagai “rencana jahat” elite politik.
"Perubahan ini berpotensi membawa kemunduran demokrasi, khususnya dalam sistem pemilihan kepala daerah di Indonesia," tegasnya. (Pon)
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Usulan DPRD Pilih Kepala Daerah Disinyalir Sudah Jadi Kesepakatan Parpol dan Pemerintah
DPRD DKI Jakarta Targetkan 20 Perda Rampung di 2026, Mulai Urusan Narkoba Sampai Nasib PKL Jadi Prioritas
Mendagri: Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPR Tidak Langgar UUD
OTT Bupati Lampung Tengah, Mendagri: Kepala Daerah Hasil Pilkada Ternyata Tidak Otomatis Baik
Bahlil Dorong Pilkada Dipilih DPRD Agar UU Tak Diobrak-Abrik
Ketok Harga Bikin Orang Kapok Liburan di Banten, DPRD Desak Regulasi Tarif Wisata
DPRD DKI Minta Pendampingan Psikologis dan Tunjangan Risiko Bagi Petugas Gulkarmat
PDIP Pecat Anggota DPRD Gorontalo Wahyudin Moridu Imbas Viral Video 'Rampok Uang Negara'
Tunjangan Rumah DPRD Jateng Rp 47,77 Juta Disorot, Ahmad Luthfi Jamin tak Ada Kenaikan di 2026
KemenPU Tinjau Gedung DPRD Solo yang Dibakar saat Demonstrasi, Biaya Perbaikan Bakal Diusulkan ke Pemerintah Pusat