UI Kembangkan Alat Bantu Pernafasan HFNC untuk pasien COVID-19, Begini Cara Kerjanya

Alat bantu pernapasan High Flow Nasal Cannula (HFNC) (ANTARA/Foto: Humas UI)
Merahputih.com - Tim dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bekerja sama dengan RSUP Persahabatan dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), mengembangkan alat bantu pernafasan High Flow Nasal Cannula (HFNC) untuk membantu penanganan pasien COVID-19 di Indonesia.
"Alat ini bekerja dengan memanfaatkan prinsip high flow oxygen therapy dan ditujukan untuk penanganan pasien positif COVID-19 pada tahap awal," ujar Dekan FTUI, Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono, dalam keterangannya, Jumat (22/1).
Pengembangan alat HFNC ini merupakan contoh dari kolaborasi antara para pemangku kepentingan di bidang medis dan teknologi.
Baca Juga:
Dukungan penuh dari para pemangku kepentingan juga sangat diperlukan untuk mengakselerasi pengerjaan HFNC hingga nanti mendapatkan izin penggunaan dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK).
Alat bantu pernapasan HFNC merupakan alat terapi oksigen aliran tinggi. Metode terapi oksigen aliran tinggi (High Flow Oxygen Therapy, HFOT) merupakan salah satu metode non-infasif yang dapat digunakan untuk membantu pernapasan pasien positif COVID-19 pada tahap awal.
Salah satu cara untuk mengantarkan oksigen aliran tinggi kepada pasien adalah menggunakan canula hidung atau Nasal Cannula, oleh karena itu alat yang bekerja memanfaatkan prinsip HFOT sering disebut sebagai High Flow Nasal Cannula (HFNC).
Sampai saat ini, Indonesia masih mengandalkan bahan baku impor dan belum ada produk HFNC lokal asli Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Anggota Tim Pengembangan HFNC UI Dr. Ing. Ridho Irwansyah menjelaskan HFNC bekerja dengan cara mengalirkan udara dengan kadar oksigen tinggi (21-100 persen) dan debit aliran sampai dengan 60 liter/menit.

Aliran dengan kecepatan tinggi ini dilewatkan pada ruang pemanas hingga mengalami kenaikan kelembaban (Relative humidity, RH) serta temperatur hingga mencapai temperatur tubuh pasien.
"Penyesuaian kelembaban dan temperatur terhadap kondisi pasien ditujukan untuk menjaga kenyamanan pasien," ujarnya.
Sedangkan Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam sangat mengapresiasi pengembangan alat bantu pernapasan HFNC ini.
"Infeksi COVID-19 membuat penderita rentan mengalami kondisi hipoksia atau kondisi kurangnya oksigen dalam tubuh sehingga pada kondisi ini, terapi oksigen tambahan dibutuhkan," ujarnya.
Di tengah jumlah pasien positif COVID-19 yang saat ini masih meningkat, kebutuhan akan alat terapi oksigen juga ikut meningkat. Kita patut berbangga karena HNFC ini sudah dapat diproduksi secara lokal.
Baca Juga:
Hal ini tentu akan sangat membantu fasilitas dan tenaga kesehatan dalam memenuhi kebutuhan penanganan pasien-pasien ini. Mudah-mudahan alat ini bisa segera mendapat izin edar dan bisa diproduksi dan dipakai oleh para klinisi utk membantu pasien-pasiennya.
Dari hasil demo dan unjuk fungsi yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa hal yang akan dilakukan untuk percepatan pengerjaan HFNC hingga nanti dapat digunakan untuk membantu penanganan pasien COVID-19 di Indonesia. (*)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID

Hasil Simak UI 2025 Diumumkan 11 Juli, Tidak Ada Toleransi Kecurangan

Guru Besar UI: Perang Iran - Israel Bisa Picu Krisis Ekonomi di Indonesia

Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa

178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat

Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis

Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025

KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19

KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI

COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin
