TNGM Minta Masyarakat Bijak Jika Bertemu 'Penghuni' Gunung Merapi

Petugas memantau aktivitas kondisi Gunung Merapi pasca kenaikan status dari normal menjadi waspada dengan radio komunikasi di kawasan Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (22/5) (ANTARAFOTO/Andr
Merahputih.com - Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) meminta masyarakat untuk bijaksana jika menemui adanya satwa liar hutan Merapi yang masuk ke wilayah pemukiman setelah adanya beberapa kali letusan freatik.
"Kami meminta masyarakat dapat bijaksana memperlakukan satwa yang mungkin melakukan pergerakan keluar hutan lindung Merapi," kata Kepala Balai TNGM, Ammy Nurwati di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (23/5).
Menurut dia, kondisi di hutan Merapi pascaletusan freatik sangat memungkinkan satwa-satwa di hutan Merapi yang merupakan satwa dilindungi juga melakukan pergerakan. "Pergerakan satwa tersebut bisa melalui aliran sungai, lembah, hutan rakyat dan lainnya hingga sampai ke pemukiman penduduk," katanya.

Ia mengatakan, karena itu pihaknya berharap agar masyarakat lebih bijaksana saat bertemu atau melihat satwa-satwa Merapi yang sedang melakukan pergerakan turun hutan. "Taman Nasional Gunung Merapi merupakan tempat hidup atau habitat bagi satwa dan tumbuhan yang dilindungi undang-undang," katanya.
Ammy mengatakan adanya peningkatan aktivitas Gunung Merapi dimungkinkan dapat menyebabkan pergerakan satwa dari dalam kawasan TNGM menuju ke lokasi-lokasi yang dianggap aman bagi satwa. "Sampai sejauh ini diinformasikan belum ada satwa yang turun dari Gunung Merapi. Satwa-satwa yang berhabitat di TNGM, di antaranya monyet ekor panjang, kancil, serta rusa, serta burung elang," katanya.
Belum Ada Indikasi Letusan Magmatik
Mesk begitu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan hingga saat ini belum menemukan indikasi letusan magmatik di Gunung Merapi.
"Letusan magmatik harus dibuktikan bahwa ada campuran material baru. Tetapi sampai sekarang belum ada material yang mengarah ke magmatik," kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santosa.
Pada letusan freatik Rabu (23/5) pukul 03.31 WIB, BPPTKG langsung melakukan analisis abu letusan, karena hal itu memungkinkan terjadi kombinasi letusan freatik dan magmatik. Namun demikian, proses analisis abu belum menunjukkan tanda-tanda mengarah ke letusan magmatik.
Menurut Agus, jeda letusan freatik saat ini rentangnya semakin lama, jika dibandingkan jeda letusan yang terjadi sebelumnya pada 21-22 Mei. Selain itu, gempa tremor yang menjadi pemicu dinaikkannya status Gunung Merapi dari normal (Level I) menjadi waspada (Level II), saat ini juga sudah tidak ada lagi.

Akan tetapi dari sisi besar letusan, menurut Agus, letusan freatik yang terjadi pada Rabu (23/5) cukup besar karena memiliki amplitudo mencapai 50 mm dengan ketinggian kolom asap mencapai 2.000 meter. "Namun untuk menyimpulkan apakah aktivitas Gunung Merapi saat ini turun atau naik kami masih butuh waktu," kata dia.
Agus tidak dapat memperkirakan kapan letusan freatik akan kembali terjadi. Letusan freatik akan kembali terjadi, menurut dia, antara lain apabila ada sumbatan akumulasi gas yang terus menerus diproduksi oleh magma di puncak Gunung Merapi. "Letusan freatik bisa terjadi meskipun tidak ada kontak gas dengan air. Ketika dia (gas) tersumbat oleh bebatuan di atas maka terakumulasi dan menjadi letusan," kata dia. (*)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Pendaki Viral di TikTok Nekat Masuk Kawasan Puncak Merapi Dihukum Bersihkan OWA Kalitalang

BPBD DIY Ingatkan Masyarakat Soal Status Siaga Gunung Merapi, Jangan Coba-Coba Mendaki!

Puluhan Pendaki Ilegal Gunung Merapi Diamankan Polisi, Dicegat Saat Turun

BNPB Fokus ke Tiga Gunung Berapi Ini Karena Sedang 'Aktif'

Gunung Marapi Lontarkan Abu Kelabu 1 Kilometer

Erupsi Merapi Picu 40 Kali Gempa, Lontarkan 21 Guguran Lava

Mentan Geser Anggaran Bantu Korban Lahar Dingin Gunung Marapi

Puluhan Orang Masih Hilang Akibat Banjir Lahar Dingin, Modifikasi Cuaca Dilakukan di Sumbar

Guguran Lava Merapi Meluncur 1,8 Km ke Arah Kali Bebeng

Gunung Merapi Muntahkan Rentetan Awan Panas Guguran hingga Tujuh Kali
