Terapi Hormon pada Anak, Perlukah?

P Suryo RP Suryo R - Kamis, 23 Maret 2023
Terapi Hormon pada Anak, Perlukah?

Human growth hormone (HGH) secara alami dihasilkan oleh kelenjar pituitari di otak, berfungsi untuk anak tumbuh dan berkembang secara normal. (Unsplash/Artem Beliaikin)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

PERTUMBUHAN pada anak sangat penting. Tapi terdapat beberapa kendala yang dapat memperlambat pertumbuhan anak. Kemudian muncul terapi hormon yang konon memperbaiki pertumbuhan. Perlukah?

Terapi hormon pertumbuhan merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk membantu menambah tinggi badan pada anak. Terapi hormon pertumbuhan merupakan terapi jangka panjang yang dapat berlangsung beberapa tahun.

Melansir dari laman Alodokter, terapi ini disinyalir dapat mengatasi kekurangan hormon pertumbuhan. Selain itu, terapi ini juga dapat membantu anak yang memiliki tubuh pendek karena kondisi lainnya, seperti sindrom Turner.

Human growth hormone (HGH) atau hormon pertumbuhan merupakan hormon secara alami dihasilkan oleh kelenjar pituitari di otak. Hormon ini memiliki fungsi untuk anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Bila anak memiliki kekurangan hormon pertumbuhan, maka dapat terlihat lebih pendek dibandingkan teman-teman seusianya. Agar anak yang pendek karena kekurangan hormon pertumbuhan dapat tumbuh tinggi secara normal, anak bisa diberikan terapi hormon pertumbuhan.

Baca Juga:

Kesehatan Mental Penting untuk Fondasi Tumbuh Kembang Anak

anak
Anak yang berkendala dengan pertumbuhannya dapat melakukan terapi hormon pertumbuhan untuk membantu menambah tinggi badan. (freepik/pikisuperstar)

Tinggi badan

Selain kekurangan hormon pertumbuhan, tubuh pendek pada anak dapat disebabkan oleh beberapa hal, termasuk faktor genetik. Kondisi ini normal terjadi pada anak yang kedua orang tuanya memiliki perawakan tubuh pendek.

Selain itu, penyakit atau kondisi tertentu, seperti kurang gizi, anemia, asma, gangguan pertumbuhan tulang, dan hipotiroidisme pada anak, juga ikut berperan dalam menyebabkan tinggi badan anak kurang. Badan pendek yang disebabkan oleh defisiensi hormon pertumbuhan biasanya sudah mulai dapat dikenali sejak anak berusia 2-3 tahun.

Tanda-tandanya biasanya pertama, wajah terlihat lebih muda dari anak-anak seusianya. Kedua, tinggi badan lebih pendek dari anak seusianya. Ketiga, tubuh anak tampak gemuk.keempat, pubertas yang tertunda, bahkan anak mungkin tidak mengalami pubertas.

Untuk memastikan ada tidaknya gangguan hormon pertumbuhan pada anak-anak, diperlukan pemeriksaan secara menyeluruh, seperti pemeriksaan fisik, pengukuran berat dan tinggi badan anak, tes darah, serta pemeriksaan Rontgen.

Rangkaian pemeriksaan tersebut berguna untuk menentukan penyebab anak berbadan pendek, mengukur jumlah hormon pertumbuhan pada tubuh anak, mengetahui tingkat pertumbuhan tulang, dan mengetahui bagaimana tubuh anak memproduksi serta menggunakan hormon pertumbuhan.

Peran terapi

Kondisi anak yang bertubuh pendek karena kekurangan hormon pertumbuhan dapat ditangani oleh dokter spesialis anak. Jika dibutuhkan, dokter akan memberikan terapi hormon pertumbuhan untuk menambah tinggi badan anak.

Terapi hormon ini umumnya diberikan melalui suntikan. Dokter akan menentukan dosis dan berapa lama terapi hormon pertumbuhan diberikan, serta memantau respons anak terhadap terapi dengan pemeriskaan berkala. Saat anak menjalani terapi hormon pertumbuhan, dokter dapat mengubah dosis terapi sesuai kebutuhan anak.

Terapi hormon pertumbuhan ini dapat menambah tinggi badan anak akibat kekurangan hormon pertumbuhan hingga kurang lebih 10 cm pada tahun pertama dan 7,6 cm pada tahun selanjutnya.

Selain untuk kekurangan hormon pertumbuhan, terapi ini juga dapat membantu anak yang memiliki tubuh pendek karena kondisi lain, seperti terlahir prematur, penyakit ginjal kronis, sindrom Turner, dan sindrom Prader-Willi.

Baca Juga:

Pentingnya Asupan Yodium untuk Tumbuh Kembang Optimal

anak
Terapi ini dapat menambah tinggi anak hingga kurang lebih 10 cm pada tahun pertama dan 7,6 cm pada tahun selanjutnya. (freepik/freepik)

Namun, perlu kamu ketahui, pemberian hormon pertumbuhan pada anak memiliki beberapa efek samping, seperti:

- Sakit kepala

- Nyeri otot dan sendi

- Kemerahan di lokasi penyuntikan

- Gangguan bentuk tulang belakang (skoliosis)

Meski efek ini sebenarnya jarang terjadi, pemberian hormon pertumbuhan jangka panjang juga dapat menyebabkan diabetes. Risiko ini akan meningkat pada anak yang memiliki riwayat keluarga menderita diabetes.

Maka, pengaturan dosis dan evaluasi kesehatan secara berkala harus tetap dilakukan untuk memantau kondisi anak, keberhasilan terapi, dan menilai efek samping selama menjalani terapi hormon pertumbuhan.

Terapi hormon pertumbuhan memang dapat menjadi salah satu cara mengoptimalkan pertumbuhan terutama tinggi badan anak. Namun, menimbang terjadinya efek samping, maka konsultasi tetap harus dilakukan. Hal ini perlu karena untuk memastikan kesesuaian pada anak. (dgs)

Baca Juga:

Bahaya 'Helicopter Parenting' bagi Tumbuh Kembang Buah Hati

#Anak #Parenting #Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Lifestyle
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Lavender dan chamomile kerap menjadi pilihan utama dalam praktik mindful parenting.
Dwi Astarini - Minggu, 07 September 2025
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Bagikan